Minggu, 06 Maret 2016

Anatomi Fisiologi Hati dan Kandung Empedu


KONSEP TEORI
HATI (LIVER) dan KANDUNG EMPEDU (VESICA BILIARIS) 
      A.       Anatomi Hati (liver) dan Kandung Empedu (vesica biliaris)
1.             Hati (liver)



Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500 gr atau 2% berat badan orang dewasa. Hati merupakan organ lunak yang lentur, hati memiliki permukaan superior dan cembung yang terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian kuah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pangkreas dan usus. Hati memiliki 2 lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oloeh visura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri diagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar.
Ligamentum falsiformis erjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen, permukaan hati diliputi oleh peritonium viseralis kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan peritonium memantu menyokong hati, diawah peritonium terdapat jaringan ikat padat yang diseut sebagai kapsula gelisson, yang meliputi permukaan seluruh organ; bagian paling tebal kapsula ini terdapat pada porta hepatis, mementuk rangka untuk cabang vena porta arteri hepatika, dan saluran empedu. Porta hepatis adalah visura pada hati tempat masuknya vena porta dan arteri hepatika serta tempat keluarnya duktus hepatika. (Sylvia Price Anderson 2006)
Hati adalah organ viseral teresar yang terletak diawah kerangka iga, 1.5000 gr (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena porta hepatika. Hati terbagi menjadi lous kanan dan kiri yaitu:
a.  Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kiri dan memiliki 3 agian utama yaitu, lobus kanan atas, lobus kaudatus, lobus kuadratus
b. Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri diantaranya terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. (Ethel Sloane 2012)

1.1      Anatomi hati. Lobus kanan, lobus kiri, ligamen teres, fisura ligamen teres, ligamen falsiform, ligamentum triangular kiri, lobus kuadatus, ligamentum koroner, vena kava inferior, arteri hepatika, vena porta, porta hepatis, ligamentum triangular kanan, lobus quadratus, duktus biliaris, vena hepatika.

Hati adalah kelenjar tambahan dari saluran cerna, tetapi ia memiliki aneka fungsi berbeda yang tidak berhubungan dengan pencernaan. Hati terletak di kuadran kanan atas dari rongga abdomen dengan permukaan atasnya yang membulat sesuai dengan kubah diafragma. Hati terus menerus menghasilkan cairan  empedu yang akhirnya di sekrsikan ke dalam duodenum melalui duktus biliaris komunis, sebanyak 1 liter dihasilkan setiap harinya , namun sebagian besar disalurkan ke dalam kandung empedu tempat dimana cairan tersebut di pekatkan 10 kali lipat dan ditimbun sampai dibeaskan atas rangsangan makanan yang masuk. (Don W. Fawett 2002)
    2.      Kandung Empedu (vesica biliaris)
Kandung empedu adalah kantung muskular hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm, organ ini terletak di lekukan diawah lobus kanan hati, kapasitas total kandung empedu kurang lebih 30-60 ml. (Ethel Sloane 2012)
Kandung empedu merupakan kandung kecil yang terletak di perut atas sebelah kanan dan tersembunyi di dalam hati. Cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan dihasilkan oleh hati, cairan ini berfungsi untuk melarutkan asam lemak pada makanan agar mudah di cerna dan diserap oleh usus halus (Ika Rifqiawati 2011)
Kandung empedu merupakan kantung berongga berbentuk pir yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati, empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati, saluran empedu yang kecil bersatu membentuk 2 saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.
Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus mementuk duktus koledokus. Duktus koledokus bersatu dengan duktus pangkreatikus membentuk ampula vateri atau bagian duktus yang melebar pada tempat menyatu seelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot sirkular yang dikenal sebagai sfingter oddi. (Sylvia Price Anderson 2006)

     1.2     Duktus hepatikus kanan & kiri, duktus hepatikus komunis, plika spiralis, duktus koledokus biliaris, duktus pangkreatikus, duktus orifisium pangkreatikus, papila duodeni major, plika longitudinalis duodenum, nodul limpoidei solitari, plika cirkularis, fundus vesika biliaris, tunika serosa, tunika mukosa, korpus vesika biliaris, plika mukosa, kolum vesika biliaris.
Kandung empedu adalah organ berongga berbentuk pir yang menempti fosa dangkal pada permukaaan bawah hati yang terdiri atas fundus, korpus, dan leher yang berlanjut ke dalam duktus sistikus. Kandung empedu berukuran 4x10 cm dan berkapasitas 40-70 ml. (Don W. Fawett 2002)
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus  dari kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis bersama dengan duktus pangkreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.
Dalam kandung empedu pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira 5 kali lebih pekat dibandingkan dengan empedu hati. Secara berkala kandung empedu mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi sfingter oddi. Hormon kolesistokinin (CCK) dilepaskan dari sel duodenal akibat hasil pencernaan dari protein dan lipid, dan hal ini merangsang adanya kontraksi kandung empedu. (Sylvia Price Anderson 2006)

B.     Histologi
     1.      Histologi Hati (liver)
Hati agak berbeda karena hanya ada sedikit jaringan ikat di dalamnya, epitelnya terlihat sangat merata diseluruh organ dan subunit srtuktural tidak mudah dilihat, meskipun begitu masih ada beberapa daerah berpola heksagonal yang berulang-ulang dimana sel-sel prenkimnya membentuk lempeng–lempeng yang tersusun radial pada sebuah vena sentral. Pada tiga sudut daerah poligonal terdapat daerah segitiga dari jaringan ikat dengan sebuah duktus biliaris kecil, sebuah cabang arteri hepatika dan sebuah cabang vena porta. Kompleks ini disebut sebagai triad portal.
Satuan poligonal berdiameter  0,7 mm dan panjang 2 mm yang disebut sebgai lobulus hepar dan satu abad kemudian dipandang sebagai satuan hati yang kini lebih lazim disebut dengan lobulus klasik. Sekitar pergantian abad yang lalu dikatakan lobulus hati terdiri atas massa parenkim sekitar setiap area portal termasuk semua sel yang bersekresi ke dalam duktus biliaris, satuan struktural ini disebut sebagai lobulus portal. Sajak 1950an peneliti lebih memilih asinus hepar sebaga satuan struktural dan fungsional hati, yang dimana sebuah massa sel parenkim lonjong sekitar arteriol, venul dan duktus biliaris terminal yang bercabang–cabang lateral dari area portal. Asinus adalah satuan lebih kecil mencakup sebagian dua lobus klasik bersebelahan. (Don W. Fawett 2002)
1.3     histologi hati: 1. vena sentral, 2. Lempeng sel hati, 3. Sinusoid, 4. Endotel, 5. Vena porta, 6. Arteri hepatika.
Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis.  Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga
adalah duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan juga limfatik (Junqueira et al., 2007).
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut sebagai lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Tidak seperti kapiler lain sinusoid di batasi oleh sel fagositik atau sel kupffer merupakan sistem monosit makrofag dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing dalam darah. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam hati adalah sel kupffer, sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan invasi bakteri dan toksik.
Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu interlobular membentuk kapiler empedu yang sangat kecil yang disebut sebagai kanalikuli (tidak tampak), yang erjalan di tengah lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit di ekskresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama makin besar hingga menjadi duktus koledokus. (Ethel Sloane 2012)
Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit berderet secara radier dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara 14 lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2007).
1.4     Sinusoid hati
Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternya tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel, yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap. Sel-sel endotel memiliki batas sel yang saling meliputi khas daerah-daerah tertentu namun pada daerah lain bagian tipis sel endotel bervariasi ukuran dan bentuknya dari pada pori-pori endotel kapiler bertingkapdi lain tempat tubuh, tingkapan yang berkelompok disebut “lempeng saring”. Jadi dinding sinusoid memiliki ketidak utuhan antara sel.
1.5     Sel endotel sinusoid hati
Sel kupffer yang fagositik dengan inti ovoid yang tampak dengan cabang-cabang melintasi lumen dan diduga terletak di dalam sinusoid namun melekat pada endotel. Sel kuffer seringkali mengandung eritrosit dan endapan pigmen dengan besi. Sel kuffer terletak pada permukaan sel endotel dengan cabang yang meluas kedalam lumen dan diantara sel endotel di bawahnya. Sel endotel memiliki kompleks golgi jukstanuklear kecil dan banyak mitokondria, sel kuffer sanggup mengenali dan memfagositosis eritrosit tua yang aus, cedera, dan membersihkan darah dari basil kolon yang berhasil memasuki portal selama peredarannya melalui usus.
1.6     Sel kuffer
Sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan vitamin A dan memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko.2010, Junqueira et al., 2007).
     
1.7     sel stelat hati
Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis.  Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga
adalah duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan juga limfatik (Junqueira et al., 2007).

2         Histologi Kandung Empedu (vesica biliaris)
Kandung empedu adalah organ berongga berbentuk pir yang menempti fosa dangkal pada permukaaan bawah hati yang terdiri atas fundus, korpus, dan leher yang berlanjut ke dlam duktus sistikus. Kandung empedu berukuran 4x10 cm dan berkapasitas 40 sampai 70 ml, dingdingnya teridiri tasa lapisan jaringan ikat subserosa tipis yang menutupi lapisan otot polos, disebelah dalam nya terdapat mukosa yang terdiri atas epitel dan lamina propria yang sangat vaskuler. Mukosanya berlipat-lipat berupa lipatan berkelok dengan tinggi yang beragam yang membatasi celah sempit, dalam keadaan direnggangkan lipatan itu memendek sampai berupa rambung pendek dan jelas menunjukkan bahwa lipatan itu bercabang dan beranastomosis membentuk jalinan yang melapisi reses poligonal dangkal.
Jaringan epitel kandung empedu adalah selapis sel kolumnar tinggi dengan inti lonjong dan sitoplasma yang sedikit eosinofilik. Celah antar sel dibelahan atas epitel selebar 15-20 nm, dan disegel dekat lumen oleh zonula occludens , lebar celah antar sel belahan bawah tergantung pada keadaan fungsional kandung empedu. Kandung empedu menyempit saat keadaan tidak aktif namun melebar bila empedu dipekatkan dengan mengangkut air keluar melalui epitel nya. 
1.8 sel kolumnar pada kandung empedu
Lapisan muskular dingsing kandung empedu merupakan jalinan longgar tidak teratur dari berkas –berkas sel otot yang memanjang , transversal dan serong, celah diantara berkas –berkas sel otot ditempati oleh serat serat kolagen, elastin, dan satu fibroblas. Diluar muskularis terdapat lapisan jaringan ikat agak padat yang kaya akan kolagen, elastin dan mengandung fibroblas , makrofak dan sedikit kelompok lemak.
Duktus sistikus berlanjut dari leher kandung empedu sepanjang 3-4 cm dan bergabung dengan duktus hepatikus komunis yang berjalan ke bawah di belakang kaput pangkreas mendekati duktus pangkreatikus. keduanya bersama-sama menembus muskularis duodenum, di dalam dingding duodenum duktus biliaris dan duktus pangkreatikus dilingkari oleh otot polos yang disebut sfingter oddi. Kompleks otot ini terdiri atas 4 bagian yaitu,
    a.       Pita sirkular otot polos kuat, yaitu sfingter koledokus yang mengelilingi bagian terminal dari duktus biliaris,
    b.      Sfingter pangkreatikus, yaitu berada disekitar duktus pangkreatikus
    c.       Berkas longitudinal otot polos, yaitu otot polos fasikulus longitudinalis dalam ruang antar duktus      
    d.      Anyaman serat-serat otot sekitar ampula, yaitu disekitar ampula.  Normalnya kontraksi sfingter koledukus menghentikan aliran empedu, fasikuli memanjang memendekkan duktus bagian intramural dan melancarkan aliran empedu ke dalam duodenum. (Don W. Fawett 2002)

C.    Suplai Darah
1.      Suplai Darah pada Hati (liver)
Suplai darah utama aferen adalah melalui vena porta yang membawa darah miskin oksigen yang telah beredar diusus, pangkreas, dan limfa. Memasuki porta hepatis vena porta bercabang menjadi vena penghantar, vena interlobular dan vena central mencurahkan isinya kedalam sinusoid, sedangkan arteri hepatika bercabang menjadi arteri interlobar dan arteri interlobular. Bagian terbesar aliran pembuluh dialirkan ke kapiler-kapiler strauma jaringan ikat organ, namun volume yang lebih kecil mengalir ke dalam arteriol hepatik dan triad portal yang selanjutnya akan dialirkan ke sinusoid.  (Don W. Fawett 2002)
           
1.8     Lobulus hepatik
Aliran darah di hati dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus hepatik. Asinus hepatik berbentuk seperti buah berry, terletak di traktus portal. Asinus ini terletak di antara 2 atau lebih venula hepatic terminal, dimana darah mengalir dari traktus portalis ke sinusoid, lalu ke venula tersebut. Asinus ini terbagi menjadi 3 zona, dengan zona 1 terletak paling dekat dengan traktus portal sehingga paling banyak menerima darah kaya oksigen, sedangkan zona 3 terletak paling jauh dan hanya menerima sedikit oksigen. Zona 2 atau zona intermediet berada diantara zona 1 dan 3. Zona 3 ini paling mudah terkena jejas iskemik. (Junqueira et al., 2007)
1.9     Zona asinus
2.      Suplai Darah pada Kandung Empedu (vesika biliaris)
Kandung empedu mendapat darah dari arteri sistikus, darah vena berkumpul dalam vena yang mencurahkan sebagaian besar isinya ke dalam vena-vena  kecil hati dan hanya sedikit yang berhubungan dengan cabang sistikus dari vena porta.  (Don W. Fawett 2002)
Vesika biliaris mendapat darah dari arteri sistika yang biasanya berasal dari arteria hepatika dekstra. Duktuk kolidokus mendapat darah dari beberapa cabang darah arteri, beberapa cabang arteri dari pankreatikus duodenalis superior, hepatika dekstra  dan sistika. Vena sistika mengalirkan darahnya ke cabang kanan ven porta hepatis, ada juga cabang-cabang kecil vena masuk langsung ke daam hepar. Vena dari duktus kolidekus sebagian masuk langsung ke dalam hepar, sebagian melalui vena pangkreatikus duodenalis superior. (Dr. dr. I. Harjadi Wirjaja, PA 2008)   
1.10     Fundus vesica biliris, corpus vesika biliaris, collum vesica bliaris, duktus cystikus, duktus hepatikus, duktus koloedekus
D.    Sirkulasi Darah pada Hati (liver)
Fungsi utama sirkulasi hati dilaksanakan di dalam sinusoid yang membentuk pleksus tiga dimensi lumit di dalam lobulus yang menyediakan daerah permukaan untuk pertukaran metabolik di antara darah dan parenkim hati, darah keluar dari sinusoid  melalui banyak lubang dalam dinding tipis vena central yang kemudian dialirkan ke dalam vena suplobular dan ke dalam vena penampung, vena penampung yang banyak menyatu menghasilkan dua atau lebih vena hepatika besar yang muncul dari porta hepatis dan bergabung ke dalam vena kafa inverior. (Don W. Fawett 2002)
Hati memiliki 2 sumer suplai darah dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika. Sekitar 1/3 darah yang masuk adalah darah arteria dan 2/3 nya adalah darah vena dari vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri yang selanjutnya bermuara pada vena kavainferior.
1.11    sirkulasi lobulus hati
Vena porta bersifat unik karena terletak diantara 2 daerah kapiler, yang satu terletak dalam hati dan lainnya dalam saluran cerna saat mencapai hati vena porta bercabang-cabang yang menempel yang melingkari lobulus hati, cabang-cabang ini kemunian mempercabangkan vena-vena interlobularis yang berjalan diantara lobulus-lobulus. Vena tersebut selanjutnya membentuk sinusoid yang berjalan diantara lempengan hepatosit dan bermuara dalam vena sentralis.  Vena sentralis di beberapa bersatu membentuk vena sublobularis yang selanjutnya menyatu dan membentuk vena hepatika.
Cabang-cabang terhalus hepatika juga mengalirkan darah ke dalam sinusoid, sehingga terjadi campuran darah arteri dari arteria hepatika dan darah vena dari vena porta. Melukiskan sumber aliran darah ke sistem portal; tekanan yang meningkat dalam sistem ini adalah manifestasi laim gangguan hati dengan akibat serius yang melibatkan pembuluh-pembuluh tempat darah portal berasal. Beberapa lokasi anastomosis portakaval memiliki arti klinis yang penting. Pada obstruksi aliran ke hati darah porta dapat dipirau ke sistem vena sistemik akibat hipertensi portal dan pemasangan pirau. (Sylvia Price Anderson 2006)

     E.     Fungsi Hati (liver) dan Kandung Empedu (vesika biliaris)
1.      Fungsi Hati (liver)
    a.       Sekresi hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak.
    b.      Metabolisme hati memetabolisme protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.
    c.       Hati berperan penting dalam mempertahankan homeostatik gula darah.
   d.      Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika di perlukan tubuh.
   e.       Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ membentuk urea dari asama amino erlebih dan sisa nitrogen.
   f.       Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak.
    g.      Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoproten, kolestrol dan fosfolipid)
    h.      Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu.
    i.        Penympanan, hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamn larut lemk (A, D, E dan K), serta obat yang tidak dapat di uraikan dan di ekresikan 
   j .    Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivikasi hormon dn dektosifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang  terdistintegrasi dalam darah.
    k.      Produksi panas  berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber utama panas tubuh, terutama saat tidur.
     l.        Penyimpanan  darah. Hati merupakan meservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan, bersama dengan limpa, mengatur volume darah yang diperluuakn tubuh.
(Sylvia Price Anderson 2006)
·         Fungsi utama hati
Di bawah ini beberapa fungsi utama hati menurut Sylvia Price Anderson 2006 tercantum pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Fungsi
Keterangan
Pembentukan dan ekskresi empedu metabolisme garam empedu
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak serta vitamin larut – lemak di dalam usus.
Metabolisme pigmen empedu
Bilirubin (pigmen empedu utama) meruapakan hasil akhir metabolisme pemecahan eritrosit yang sudah tua:
proses konjugasi berlangsung dalam hati dan di ekresi ke dalam empedu.
Metabolisme karbohidrat glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis
Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh, karbohidrat di simpan dalam hati sebagai glikogen.
Metabolisme protein sintesis protein
Protein serum yang di sintesis oleh hati adalah albumin serta globulin alfa dan beta (gamaglobulin tidak).
Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh hati adalah fibrinogen (I), protrombin  (II), dan faktor V, VII, IX dan X. Vitamin K merupakan kofaktor penting dalam sintesis semua faktor ini kecuali faktor V.
Pembentukan urea penyimpanan protein (asam amino)

Urea dibentuk semata-mata dalam hati dai amoniak (NH2), yang kemudian di eksresi dalam urin dan feses : NH3 dibentuk dari deaminasi asama amino dan kerja baktei usus terhadap asam amino
Metabolisme lemak ketogenesis
Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan lipproprotein (di absorbsi dari usus) menjadi asam lemak dan gliserol.
Sintesis kolesterol penimbunan lema
Hati memegang peranan utama dalam sintesis kolesterol sebagian besar di ekskresi dalam empedu sebagai klosterol atau asam kolat.
Penimbunan vitamin dan mineral
Vitamin larut lemak (A, D, E, K) disimpan dalam hati: juga vitamin B12, tembaga dan besi.
Metabolisme steroid
Hati menginaktifkan dan menyekresi aidosteron, glukokortikoid, enstrogen, progesteron, testosteron.
Detoksifikasi
Hati bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya (misal obat) menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian di ekskresi oleh ginjal.
Gudang darah dan filtrasi
Sinosoid hati merupakan depot darah yang mengalir kembali dari vena kava ( gagal jantung kanan): kerja fagositik sel kupffer membuang bakteri dan debris dari darah.

2.      Fungsi Kandung Empedu
a.       Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus di sekresi oleh sel – sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Diantara waktu makan, sfingter oddi menutup dan cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK.
b.      Kandung empedu megkonsentrasi cairannya dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit dengan demikian, kandung empedu mampu menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati. (Sylvia Price Anderson 2006)
c.       Sebagai penentu keputusan, apabila kandung empedu lemah atau kurang maka penderita akan sering menarik napas panjang, sering merasa resah dan tidak berani mengambil keputusan
d.      Mensekresi cairan empudu (viva.co.id)

     F.     Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul pada Kasus Sistem Pencernaan Menurut Nursing Diagnoses

PHYSIOLOGICAL DOMAIN
Anatomical structures and  physiological processes essential to human health
Class: Respiration
Anatomical structures and physiological processes involved in ventilation and gas exchange
Nursing Diagnosis Code
Ineffective breathing pattern
00032
Class: Physical Regulation
Anatomical structures and physiological processes involved in hematological, immunological, and metabolic regulatory mechanisms
Nursing Diagnosis Code
Hyperthermia
00007
Excess fluid volume
00026
Risk for imbalanced fluid volume
00025
Deficient fluid volume
00027
Risk for hyperthermia
00253
Risk for electrolyte imbalance
00195
Risk for unstable blood glucose level 
00179
Risk for impaired liver function
00178
Class: Nutrition
Anatomical structures and physiological processes involved in the ingestion, digestion, and absorption of nutrients
Nursing Diagnosis Code
Imbalance nutrition less than body requirements
00002
Class: Elimination
Anatomical structures and physiological processes involved in discharge of body waste
Nursing Diagnosis Code
Constipation
00011
Diarrhea
00013
Risk for ineffective gastrointestinal perfusion
00202
Risk for constipation
00015
Class: Skin or tissue
Anatomical structures and physiological processes of skin and body tissues involved in structural integrity
Nursing Diagnosis Code
Risk of impaired tissue integrity
00248
Impaired tissue integrity
00044
MENTAL DOMAIN
Mental processes and mental patterns essential to human health
Class: Self-Concept
Psychological patterns involved in self-perception, identity, and self-regulation
Nursing Diagnosis Code
Disturbed body image
00118



EXISTENTIAL DOMAIN
Experiences and life perceptions essential to human health
Class: Comfort
Perceptions of symptoms and experience of suffering
Nursing Diagnosis Code
Anxiety
00146
Acute pain 
00132
Nausea
00134
Chronic pain
00133
Fear
00148
Class: Coping
Perception of coping, coping experiences, and coping strategies
Nursing Diagnosis Code
Ineffective coping
00069

FUNTIONAL DOMAIN
Life-span processes, basic functions, and skills essential to human health
Class: Energy Balance
Energy usage and energy regulation pattern
Nursing Diagnosis Code
Fatigue
00093
Insomnia
00095
Activity intolerance
00092
Risk of activity intolerance
00094
Class: Health Promotion
Health literacy and health maintenance skills
Nursing Diagnosis Code
Deficient knowledge
000126

SAFETY DOMAIN
The characteristies of risk behavior, health hazards, and milieu hazards essential to human health
Class: Health Hazard
Health hazards associated with healthcare processes and social processes
Nursing Diagnosis Code
Risk of infection
 00004











DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dn fisiologi untuk pemula. Jakarta: ECG
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol. 1. Jakarta: ECG
Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar histologi Ed. 12. Jakarta: EGC
Wirjaja, I. Harjadi PA. 2008. Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC
Rifqiawati, Ika dan El-hisani, Annah. 2011. Bukupintar Tubuh Manusia. Jogjakarta: Harmoni
Herdman, T. Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses Definition and Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

                                         

0 komentar:

Posting Komentar

 

NADIA CREATING :) Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template