Senin, 07 Maret 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSONISME

BAB I
  PENDAHULUAN  


     A.    Latar Belakang

Penyakit parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidak teraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saa t istirahat, kesulitan pada saatmemulai pergerakan, dan kekakuan otot. (Arif Muttaqin, 2009)

Penyakit parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Didalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khasyakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit parkinson bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Rata-ratausia mulai terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun, tetapi bisa lebih awal padausia 40 tahun atau bahkan sebelumnya.
Penyakit parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit Parkinson adalah terjadinya tremor atau gemetaran.
Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 6,3 juta orang yang menderita penyakit Parkinson. Penyakit ini memengaruhi segala macam ras dan budaya. Semua orang bisa terkena penyakit ini, tapi lebih umum terjadi pada kalangan orang tua dan lebih cenderung terjadi kepada laki-laki. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena di banding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Kebanyakan orang mulai mengalami gejala penyakit parkinson ketika usia mereka memasuki 50 tahun. Tapi ada sekitar 5 persen orang yang mengalami gejalanya pada usia 40 tahun.
  
      B.     Rumusan masalah
1.      Apa definisi penyakit parkinson ?
2.      Bagaimana etiologi dari penyakit parkinson ?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit parkinson ?
4.      Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit parkinson ?
5.      Bagaimanakah pathway dari parkinson ?
6.      Apakah komplikasi dari penyakit parkinson?
7.      Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penyakit parkinson?
8.      Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit parkinson ?
9.      Seperti apakah asuhan keperawatan teori pada penyakit parkinson ?
     C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apaitu penyakit parkinson
2.      Agar dapat mengetahui apa saja etiologi dari penyakit parkinson
3.      Agar dapat mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari penyakit parkinson
4.      Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit parkinson
5.      Agar dapat memahami pathway dari penyakit parkinson
6.      Beberapa komplikasi pada penyakit tarkinson
7.      Agar dapat mengetahui pemeriksaan penunjang  pada penyakit parkinson
8.      Agar dapat mengetahui pentalaksanaan penyakit parkinson
9.      Agar dapat menguasai asuhan keperawatan teori pada penyakit parkinson

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.       Definisi
Penyakit parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penyakit parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidak teraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Penyakit parkinson (paralysis agitans) atau sindrom parkinson (Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit atau sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke lobus palidus atau neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit parkinson adalah penyakit neuro degeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intra plasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neuro degeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus,  nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf otonom.

     B.     Etiologi
Penyakit parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neuro transmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
1.      Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson
2.      Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
3.      Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain: reserpin (serpasil), phenithiszzives, butjrophenous (contohnya haloperidol)
4.      Etiologi parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
a.       Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansi nigra pada penyakit parkinson.
b.      Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
c.       Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
d.      Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit sinuklein pada lengan panjang parkinson. Yaitu mutasi pada gen  kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
e.       Faktor Lingkungan
1.      Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria
2.      Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
3.      Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
4.      Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
5.      Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar
6.      Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.

     C.    Manifestasi klinis
Umumnya Penderita Parkinson Mengalami Hal Sebagai Berikut:
1.      Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan.
2.      Tremor yang menetap.
3.      Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
4.      Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik).
5.      Depresi, demensia.
6.      Wajah seperti topeng.
Adapun gejala yang lain, meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal berikut :
1.)    Gejala Motorik
a.       Tremor (bergetar)
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi, itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat atau tanpa sadar bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar) artinya, jika disadari tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b.    Rigiditas atau kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah atau putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorik neuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c.       Akinesia atau Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia atau bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan atau tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi, Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d.      Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e.       Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
f.       Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser  dan  makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
g.      Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus (suara bisikan) yang lambat.
h.      Dimensia
Adanya perubahan  status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
i.        Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
j.        Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)
2.)      Gejala non motorik
a)      Disfungsi otonom
·         Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
·         Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
·         Pengeluaran urin yang banyak
·         Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b)      Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c)      Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d)     Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e)      Gangguan sensasi,
·         kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna
·         penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistem saraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
·         berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia)
     D.    Patofisiologi
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1.      Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2.      Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berperan pada proses neuro degenerasi pada Parkinson.
Pada penyakit parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang meliputi berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya kerusakan struktur ini bervariasi. Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan reinforcement.
Parkinsonisme akibat MPTP serupa dengan parkinsonisme idiopatik dari segi patologi maupun biokimiawi dan memberikan respon baik terhadap levodopa. Diduga zat mirip MPTP tersebar luas di lingkungan dan pajanan berulang terhadap zat tersebut dalam jumlah kecil ditambah proses ketuaan menyebabkan terjadinya parkinsonisme. Kemudian diketahui bahwa yang bersifat toksik bukan MPTP sendiri melainkan metabolitnya ion 1-meti-4-fenil-piperidin (MPP+). Reaksi ini membutuhkan aktivasi oleh MAO-B (Mono-aminooksidase).
Hipotesis lain adalah mengenai radikal bebas yang di duga mendasari banyak penyakit degeneratif termasuk penyakit Parkinson. Hal ini disokong dengan ditemukannya penimbunan Fe di substansia nigra (ferum meningkatkan produksi radikal hidroksil).




E.     Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

       F.     Pemeriksaan penunjang
a.       Diagnostik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap kunjungan penderita :
1)        Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik.
2)         Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3)         Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk  perbandingan waktu follow up berikutnya.
4)        CSS
Biasanya dalam batas normal dapat menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi protein pencitran
5)      CT scan
Hasil normal atau dapat menunjukkan atrofi sebral.
6)      MRI
Untuk menyingkirkan penyebab lain
7)      Darah
Hitung darah lengkap : anemia mikrositik ringan kadar obat serum untuk menyingkirkan parkinsonisme akibat / obat penyekat dopamin
8)      Pemerikasaan GI
Hipomotilitas, pelambatan pengosongan lambung, sebagai derajat distensi usus.
9)      EEG
Normal dengan perlambatan minimal pelambatan nyata atau sedang dan disorganisasi (dengan demensia nyata atau bradikinensia )
10)  Sinar –X tengkorak
Pemeriksaan sineradiografik terhadap kemampuan menelan.
    G.    Penatalaksanaan
a.       Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
1.      Antikolinergik benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
2.      Carbidopa atau levodopa merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalamlevodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
3.      Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk mengurangikekakuan,tremor dan bradikinestesia.
4.      Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
5.      Obat-obat antidepresan
6.      Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.
7.      Amantadin hidroklorida (Symmetrel), agen antivirus yang digunakan padaawal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor dan bredikinesia. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamindari daerah psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan.
b.      Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengandiberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapifisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenisterapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yangteratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjagadan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
c.       Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT).LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.
d.      Terapi Gen
Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

I.                Pengkajian
1.      Anamnesis.
Nama, alamat, pendidikan, umur lebih sering pada kelompok usia lanjut, jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki). Keluhan utama gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural
2.      Riwayat penyakit saat ini.
Klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan.Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi.
3.      Riwayat penyakit dahulu.
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin,vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama
4.      Riwayat penyakit keluarga.
Menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus.
5.      Pengkajian psiko-sosio-spiritual.
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
II.                Pemeriksaan fisik
    A.    Keadaan umum
Adanya perubahan pada tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi pernapasan  
    B.     B1 (Breathing)
Inspeksi: penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi: ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi.
    C.     B2 (Blood)
Hipotensi postural.
    D.    B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
   a)      Tingkat kesadaran
Biasanya compos mentis
   b)      Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.
   c)      Pemeriksaan saraf kranial
Saraf  I: Fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf  II: Penurunan ketajaman penglihatan
Saraf  III, IV dan VI: Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Saraf  V: Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata)
Saraf  VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf  VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional
Saraf  IX dan X: Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII: Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
  d)   Sistem motorik
Inspeksi gaya berjalan, tremor dan kaku pada seluruh gerakan tonus otot, ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan,perubahan pada gaya berjalan, tremor dan kaku pada seluruh gerakan.
    e)      Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif

    E.     B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
    F.      B5 (Bowel)
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan, konstipasi karena penurunan aktivitas.
    G.    B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas
III.             Diagnosa Keperawatan
   1.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
  2.      Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
  3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungsn dengan termor, pelambatan dalam proses makan serta kesulitan menelan dan mengunyah
  4.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
   5.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
IV.             Intervensi
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan       1. klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria      2. Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. 
Intervensi
Kajian mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
Lakukan latihan postural.
Ajarkan teknik berjalan khusus :
         Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah);
         Klien dianjurkan untuk latihan berjalan serupa dengan barisan music marching atau suara dengan birama lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensori;
         Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transpor oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang miskin oksigen;
         Periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan       1. keperawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria      2. klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.
Rencanakan tindakan untuk defisit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
Modifikasi lingkungan
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur
Kolaborasi :
Pemberian supositoria dan pencahar;
konsul ke dokter terapi okupasi


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungsn dengan termor, pelambatan dalam proses makan serta kesulitan menelan dan mengunyah (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan       1. kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria      2. mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperhatikan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Intervensi
Evaluasi kemampuan makan klien
Observasi/timbang berat badan jika  memungkinkan.
Manajemen mencapai kemampuan menelan
         Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk  bolus.
         Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
         Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
         Klien diajarkan untuk meletakkan makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.
         Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi  mulut dan kemudian ke sisi lain.
         Untu kmengontrol saliva, klien dianjukrna untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menalan.
         Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
         Berikan makanan kecil dan lunak.
Monitor pemakaian alat bantu
Kajilah fungsi system gastrointerstinal, yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung serprti mual, dan muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, misalnya diare, konstipasi.
Anjurkan pemberian cairan 2.500 cc/hari selama tidak terjadi ganggungan jantung.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti : serum, transferrin, BUN/kreasinin dan glukosa




Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan          1. klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria         2. klien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada.
Intervensi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
Menentukan cara-cara berkomunikasi, seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan denga jwaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang intravenous kateter.
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat yang mudah dijangkau, dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakana kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Buatlah catatan di kantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara.
Buat rekaman pembicara klien.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dngan klien untuk brbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluarganya dan keadaan yang sedang terjadi.
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan       1. koping individu menjadi efektif.
Kriteria      2. mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Dukung kemampuan kopling
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasan
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan kelian melakukan sebanyak-banyak hal-hal untuk dirinya.
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri
Kolaborasi : rujuk, pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.













BAB IV
PENUTUP
    A.    Kesimpulan
Penyakit parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidak teraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Penyakit parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neuro transmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti : Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson, Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui. Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain: reserpin (serpasil), phenithiszzives, butjrophenous (contohnya haloperidol) dan lain-lain.
Umumnya Penderita Parkinson Mengalami Hal Sebagai Berikut: bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan, tremor yang menetap, tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol, gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik),depresi, demensia, wajah seperti topeng.
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

   B.     Saran
Saran yang dapat di berikan oleh penyusun adalah agar pembaca dapat merealisasikan apabila pada suatu saat nanti menghadapi atau bahkan terkena gejala penyakit parkinson agar segera membawanya ke tenaga medis agar penyakitnya tidak bertambah parah dan membahayakan kebahayaan bagi hidup kita. Selanjutnya apabila  ada kesalahan dari penulisan makalah ini kami harap pembaca dapat memberika masukan bagi kami. Dan atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih yang tiada batasnya.
 


DAFTAR PUSTAKA

Battica, Fransisca. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Martin, Susan. 2008 dkk. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Vol.3 . Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan Jakarta : Salemba Medika. 2008
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Baughman, Diene C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Wilkinson,JM.2007.buku saku diagnosis keperawatan.edisi 7.Jakarta:EGC



0 komentar:

Posting Komentar

 

NADIA CREATING :) Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template