Senin, 07 Maret 2016

FARMAKOLOGI OBAT GOLONGAN ANTISEPTIK pada SALURAN KEMIH & NONSTEROID



BAB I
PENDAHULUAN
  A.    Latar belakang
Saluran kemih merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul, dan pengosongan urin. yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.  Saluran kemih terdiri dari dua bagian, yaitu saluran kemih bagian atas yang berada di ginjal hingga ureter proximal dan saluran kemih bagian bawah yang terdiri dari ureter distal, kandung kemih dan uretra.  Berbagai masalah pada saluran kemih dapat disebabkan oleh infeksi, obstruksi, kongenital, ataupun penyakit metabolik.
Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna azo, merupakan suatu analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu. Obat ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta rasa dorongan berkemih yang merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan antispasmodik yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH).
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang). NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat, golongan asam arilalkanoat , golongan profen/asam 2-arilpropionat , golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat , golongan turunan pirazolidin , golongan penghambat COX-2 , golongan sulfonanilida , golongan lain
B.     Rumusan masalah
1.      Apakah definisi dari saluran kemih ?
2.      Apa saja golongan obat yang bekerja pada ginjal dan saluran kemih ?
3.      Apakah definisi NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) ?
4.      Apa saja golongan obat yang termasuk anti inflamasi non steroid ?

    C.     Tujuan
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi dari saluran kemih
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menggolongkan macam-macam obat yang bekerja pada ginjal dan saluran kemih
3.      Agar mahasiswa mengetahui definisi dari NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
4.      Agar mahasiswa dapat menggolongkan obat yang termasuk anti inflamasi non steroid

                                                             BAB II
PEMBAHASAN
  A.    Definisi saluran kemih
Saluran kemih merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul, dan pengosongan urin. yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.  Saluran kemih terdiri dari dua bagian, yaitu saluran kemih bagian atas yang berada di ginjal hingga ureter proximal dan saluran kemih bagian bawah yang terdiri dari ureter distal, kandung kemih dan uretra.  Berbagai masalah pada saluran kemih dapat disebabkan oleh infeksi, obstruksi, kongenital, ataupun penyakit metabolik.
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis, ginjal kanan terletak lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati.
Ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25-30 cm) terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria fungsinya ialah menyalurkan urin ke vesika urinaria
Vesika urinaria merupakan suatu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis,vesika urinaria mempunyai tiga muara : dua dari ureter dan satu menuju uretra.
Uretra merupakan saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari vesika urinaria sampai keluar tubuh panjang panjang pada perempuan sekitar 1,5 inci (4 cm) dan pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm) muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius.

  B.     Golongan obat pada
a)                  Anti septik saluran kemih
Anti septik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan sebelum dimulainya terapi obat. Kelompok antiseptik saluran kemih adalah nitrofurantoin, metenamin, quinolon, dan trimetoprim.
1.      Nitrofurantoin
Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan untuk ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau bakterisidal, tergantung dari dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran kemih. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan resisten yang peka terhadap nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul secara lambat. Tidak ada restisten silang di antara nitrofurantoin dan obat antimikroba lain.
Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga obat ini mengahmabat sistem enzim bakteria termasuk siklus asam trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat diperkuat pada pH 5,5 atau kurang.
·         Farmakokinetik
Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi glomerulus maupun dengan sekresi tubulus. Dengan dosis harian rata-rata, konsentrasi g/mL dicapai di dalam urin. Pada gagal ginjal, kadar di dalam
urin tidak cukup untuk kerja antibakteri, tetapi kadar dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan. Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada urin.
·         Indikasi Klinik
Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan infeksi saluran kemih bawah tanpa komplikasi dan pencegahan rekurens infeksi saluran kemih bawah.
·         Penggunaan Klinik
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa ialah 100 mg per oral 4 kali sehari yang dimakan bersama makanan atau susu. Nitrofurantoin tidak boleh diberikan kepada pasien infusiensi ginjal yang berat. Nitrofurantoin dapat diberikan berbulan-bulan untuk menekan infeksi kronis saluran kemih. Lebih disukai untuk mempertahankan pH urin di bawah 5,5. Dosis tunggal harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah kekambuhan infeksi saluran kemih pada wanita.
Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per oral (5-8 mg/kg/hari pada anak-anak dapat mengurangi diare karena kolera dan mungkin memperpendek ekskresi vibrio. Obat ini biasanya tidak berhasil untuk shigelosis.
·      Efek Samping
a.      Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping utama (dan sering) nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Nitrofurantoin mengantagonis efek asam nalidiksat.
b.      Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-paru, dan reaksi hipersensitif lain.
·         Interaksi Obat
Nitrofurantoin berinteraksi pada antasida terutama yang mengandung Mg trisilikat dapat menurunkan absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam nalidiksat dan oksolinat. Kadar serum fenitoin menurun bila diberikan bersamaan dengan obat ini.
·         Sediaan dan Dosis
Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50 mg, 100 mg, serta suspensi. Dosis dewasa : 3-4x sehari 50 mg/hari. Anak-anak : 5-7 mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.
2.      Metenamin
Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek bakterisidal jika pH urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam mandelat (masa kerja singkat) dan sebagai garam hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme gram positif dan gram negatif, terutama E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami perubahan. Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam; oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal. Sari buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk menurunkan pH urin.
·      Farmakokinetik
Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat disaluran cerna setelah pemberian secara oral, dan 10-30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis oleh asam lambung sehingga obat ini sebaiknya diberikan dalam bentuk salut enterik.
Meskipun obat ini didistribusikan ke seluruh cairan tubuh termasuk sel darah merah, cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi obat ini tidak menunjukkan aktivitas antibakteri karena formaldehid tidak terbentuk pada pH fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan kedalam urin dan lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi formaldehid bebas.
·       Indikasi
Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran kemih rekurens. Obat ini sangat bermanfaat pada prostatitis dan neurogenik bladder, dan terbentuk residu urine karena waktunya cukup untuk membentuk formaldehid.
·      Efek Samping
Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif ditoleransi dengan baik. Efek samping yang biasanya terjadi adalah gangguan saluran cerna yang meliputi mual, muntah, dan diare terutama bila dosis obat diberikan lebih dari 4x500 mg/hari, meskipun diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi saluran kemih yang ditandai dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin dapat menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada Hiprex.
·      Interaksi Obat
Obat-obat yang meningkatkan pH urin (seperti asetazolamid dan natrium bikarbonat) mencegah hidrolisis metamin menjadi formaldehid. Metenamin tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan sulfa karena akan meningkatkan terjadinya kristaluria.
·       Sediaan dan Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g serta suspensi.
Metenamin Mandelat
Metenamin Hipurat
Dewasa : 4x1 gr/hari setelah makan

Anak 6-12 tahun : 4x500 mg/hari
Anak < 6 tahun : 18,3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 2x1 gr/hari
Anak 6-12 tahun : 2x500 mg/hari atau 25-50mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis

3.      Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran kemih terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram) dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK. Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi ginjal.
·         Farmakokinetik
Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran gastrointestinal, dan 35% dari norfloksasin diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi berikatan dengan protein, tetapi norfloksasin hanya 10-15% yang berikatan dengan protein. Waktu paruh dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-obat ini biasanya diberikan dua kali sehari.  Baik sinoksasin maupun norfloksasin diekskresi sebagai metabolit tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain itu sebagian dari metabolit norfloksasin diekskresikan ke dalam feses.
·         Farmakodinamik
Sinoksasin dan norfloksasin menghambat sintesis DNA bakteri. Norfloksasin merupakan obat antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif untuk melawan mikroorganisme gram positif dan gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak organisme yang sama.
Mula kerja dari kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama kerja sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi absorpsi obat- obat ini. Probenesid memperpanjang kerja sinoksasin dan norfloksasin. Obat-Obat ini mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan BUN, kreatinin serum, alkali fosfatase serum, SGOT dan SGPT serum.
·         Efek Samping
Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek samping berikut: sakit kepala, pusing, sinkope (pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan, dan ruam kulit. Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gangguan penglihatan dapat terjadi pada pemakaian sinoksasin dan norfloksasin.
4.      Trimetoprim
Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk pengobatan ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid, sulfametoksazol (preparat kombinasi mi secara generik dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya organisme yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini menghasilkan efek bakterisidal dengan masa kerja lambat untuk melawan hampir semua organisme gram positif dan gram negatif. Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat disfungsi ginjal.
·      Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke seluruh jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang kadarnya cukup tinggi.
·         Efek Samping
Efek sampingnya terutama gejala-gejala gastrointestinal, yaitu mual dan muntah; dan masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus. Untuk menghindari resistensi lebih lanjut yang semakin sering terjadi, sebaiknya jangan digunakan sebagai obat pencegah. Resistensi dari kuman uropatogen terhadap trimetoprim sudah meningkat.
  b)     Diuretik
   Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar diuretik bekerja dengan menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis. Beberapa diuretik, terutama tizaid secara luas digunakan pada terapi hipertensi, namun kerja hipotensif jangka panjangnya tidak hanya berhubungan dengan sifat diuretiknya.
   Tizaid dan senyawa yang berkaitan bersifat aman, aktif secara oral, namun merupakan diuretik yang relatif lemah. Obat yang lebih efektif adalah high celling atau diuretik loop. Obat ini mempunyai awitan yang sangat cepat dan durasi kerja yang cukup pendek. Obat ini sangat kuat dan bisa menyebabkan ketidakseimbanangan elektrolit serta dehidrasi yang seruis. Metolazon merupakan obat yang berkaitan dengan tizaid dan aktivitasnya berada diantara diuretik loop dan tizaid. Metolazon mempunyai efek sinergis yang kuat dengan furosemid dan kombinasi tersebut bisa efektif pada edema yang resisten dan pada pasien dengan gagal ginjal yang seruis. Tizaid dan diuretik loop meningkatkan ekskresi kalium, dan mungkin dibutuhkan suplemen kalium untuk mecegah hipokalemia.
   Beberapa diuretik bersifat ‘hemat kalium’. Duiretik ini lemah bila digunakan tersendiri, namum menyebabkan retensi kalium dan sering diberikan bersama tizaid atau diuretik loop untuk mencegah hipokalemia.
1)      Tizaid
Tizaid terbentuk dari inhibitor karbonat anhidrase. Akan tetapi aktivitas diuretik obat ini tidak berhubungan dengan efeknya pada obat tersebut. Tizaid digunakan secara luas pada terapi gagal jantung ringan dan hipertensi, dimana telah terbukti bahwa obat tersebut menurukan insidensi stroke. Terdapar banyak macam tizaid, namun satu-satunya perbedaan utama adalah durasi kerjanya. Yang paling banyak digunakan adalah bendroflumetiazid.
·      Mekanisme Kerja
Tizaid bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, dimana tizaid menghambat rearbsorbsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan untuk kontraspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi peningkatan eksresi Cl-, Na+ dan disertai H2O. Beban Na yang meningkat dalam tubulus distal menstimulasi pertukaran Na+ dengan K+ dan H+, meningkatkan sekresinya dan hipokalemia dan alkalosis metabolik.
·         Efek Simpang
Efek simpang termasuk kelemahan, impotensi dan kadang-kadang ruam kulit. Reaksi alergi yang serius (misalnya trombositopenia) jarang terjadi. Yang lebih sering terjadi adalah efek metabolik seperti berikut :
o   Hipokalemia bisa mempresitipasi aritmia jantung, terutama pada pasien yang mendapat digitalis. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian suplemen kalium bila dibutuhkan, atau terapi kombinasi dengan diuretik hemat kalium.
o   Hiperurisemia. Kadar asam urat dalam darah sering kali meningkat karena tizaid disekresi oleh sistem sekresi  asam organik dalam tubulus dan berkompetisi untuk sekresi asam urat. Keadaan in dapar mempresitipasi gout.
o   Toleransi glukosa bisa terhanggu dan tizaid adalah kontraindikasi pada pasien diabetes tidak tergantung insulin.
o   Lipid. Tizaid meningkatkan kadar kolesterol plasma paling tidak selama 6 bulan pertama pemberian obat, tetapi signifikansinya tidak jelas.
2)      Diuretik Loop
Diuretik loop (biasanya furosemid) diberikan secara oral dan digunakan untuk mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai berat. Obat ini diberikan secara intravena pada pasien dengan edema paru akibat gagal ventrikel akut. Tidak seperti tizaid, diuretik loop efektif pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
·         Mekanisme Kerja
Obat yang bekerja di loop menghambat rearbsorbsi NaCl dalam ansa Henle asendens segmen tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar untuk merearbsorsi NaCl sehingga obat yang bekerja pada tempat ini menyebabkan diuresis yang lebih hebat daripada duiretik lain. Diuretik loop bekerja pada membran lumen dengan cara menghambat kontraspor Na+/K+/2Cl-. (Na+ secara aktif ditranspor keluar sel ke dalam intertisium oleh pompa yang tergantung pada Na+/K+ -ATPase di membran basolateral). Spesifisitas diuretik loop disebabkan oleh konsentrasi lokalnya yang tinggi dalam tubulus ginjal. Akan tetapi, pada dosis tinggi obat ini bisa menginduksi perubahan komposisi elektrolik dalam endolimfe dan menyebabkan ketulian.
·         Efek Simpang
Obat ini bekerja di loop dan dapat menyebabkan hiponatremia, hipotensi, hipovolemia, dan hipokalemia. Kehilangan kaliun seperti dengan pemberian tizaid, secara klinis seringkali tidak penting kecuali bila terdapat faktor resiko tambahan untuk aritmia (misalnya terapi dengan digoksin). Ekskresi kalium dan magnesium meningkat dan dapat terjadi hipomagnesemia. Penggunaan diuretik loop yang berlebihan (dosis tinggi, pemberian secara intravena) bisa menyebabkan ketulian yang tidak dapat pulih kembali.
3)      Diuretik Hemat Kalium
      Diuterik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteron menstimulasi rearbsorbsi Na+ dengan mengantagonis aldosteron (spironolakton) atau memblok kanal Na+ (amilorid, triamteren). Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus menurun, sehingga gaya untuk sekresi K+ berkurang. Obat ini dapat menyebabkan hiperkalemia berat, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal. Hiperkalemia juga mungkin terjadi bila pasien mengkonsumsi inhibitor ACE (misalnya kaptopril), karena obat ini menurunkan sekresi aldosteron (dan selanjutnya ekskresi K+).
      Sprinolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang ‘diperkuat oleh listrik’. Sprinolakton merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari rearbsorbsi Na+ total yang berada dibawah kendali aldosteron. Sprinolakton digunakan terutama pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn, (hiperaldosteronisme primer) dan gagal jantung berat.
      Amilorid dan triamteren menurunkan preamibilitas membran lumen terhadap Na+ pada distal nefron dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya dengan perbandingan 1:1. Hal ini meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan ekskresi K+.

  C.    Definisi NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid (AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik. NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimiawi. Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.  Obat golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti inflamasi non steroid, karena ada obat golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat golongan steroid bekerja di sistem yang lebih tinggi dibanding NSAID, yaitu menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakhidonat melalui penghambatan terhadap enzim fosfolipase.
Sebagian besar efek terapi dan efek samping NSAID berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Pada saat sel mengalami kerusakan, maka akan dilepaskan beberapa mediator kimia. Di antara mediator inflamasi, prostaglandin adalah mediator dengan peran terpenting. Enzim yang dilepaskan saat ada rangsang mekanik maupun kimia adalah prostaglandin endoperoksida sintase (PGHS) atau siklo oksigenase (COX) yang memiliki dua sisi katalitik. Sisi yang pertama adalah sisi aktif siklo oksigenase, yang akan mengubah asam arakhidonat menjadi endoperoksid PGG2. Sisi yang lainnya adalah sisi aktif peroksidase, yang akan mengubah PGG2 menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2. PGH2 selanjutnya akan diproses membentuk PGs, prostasiklin dan tromboksan A2, yang ketiganya merupakan mediator utama proses inflamasi. COX terdiri atas dua isoform yaitu COX-1 dan COX-2.
Golongan obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (COX) sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat dengan cara berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksida seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak ada. Inhibisi biosintesis prostaglandin oleh aspirin menyebabkan asetilasi yang irreversibel di sisi aktif siklo okigenase, sedangkan sisi aktif peroksidase tidak terpengaruh. Berlawanan dengan aksi aspirin yang irreversibel, NSAID lainya seperti ibuproven atau indometasin menyebabkan penghambatan terhadap COX baik reversibel maupun irreversibel melalui kompetisi dengan substrat, yaitu asam arakhidonat.
 
  D.    Golongan obat anti inflamasi non steroid
1.      Asam mefenamat dan Meklofenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai obat anti-inflamasi pada reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat merupakan golongan antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein plasma. Dengan demikian interaksi dengan oabt antikoagulan harus diperhatikan.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Sedangakan dosis meklofenamat untuk terapi penyakit sendi adalah 240-400 mg sehari. Karena efek toksisnya di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak dibawah 14 tahun dan ibu hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2.      Diklofenak
Diklofenak merupakan derivat asam fenilasetat.  Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma 99% dan mengalami efek metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat 1-3 jam, dilklofenakl diakumulasi di cairan sinoval yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut.
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis.
3.       Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali dibanyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-inflamasinya terlihat pada dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.
Pemberian bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi karena dapat mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum wanita hamil dan menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara yaitu inggris dan amerika karena tidak menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik dan relatif lama dikenal.
4.      Fenbufen
Berbeda dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi fenbufen bersifat inaktif dan metabolit aktifnya adalah asam 4-bifenil-asetat. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari. Absorpsi obat melalui lambung dan kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam. Efek samping obat ini sama seperti AINS lainnya, pemakaian pada pasien tukak lambung harus berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Dosis untuk reumatik sendi adalah 2 kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali 600 mg sebelum tidur.
5.      Indometasin
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti-inflamasi sebanding dengan aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer maupun sentral. In vitro indometasin menghambat enzim siklooksigenase, seperti kolkisin.
Absorpsi pada pemberian oral cukup baik 92-99%. Indometasin terikat pada protein plasma dan metabolisme terjadi di hati. Di ekskresi melalui urin dan empedu, waktu paruh 2- 4 jam. Efek samping pada dosis terapi yaitu pada saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan pankreatis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan disertai pusing. Hiperkalemia dapat terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis prostaglandin di ginjal.
Karena toksisitasnya tidak dianjurka pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik dan pada gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis lazim indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di malam hari 50-100 mg sebelum tidur.
6.      Piroksikam dan Meloksikam
Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma. Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%. Efek samping adalah gangguan saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan pada wanita hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang minum antikoagulan. Dosis 10-20 mg sehari.
Meloksikam cenderung menghambat KOKS-2 dari pada KOKS-1. Efek samping meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.
7.      Salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Struktur kimia golongan salisilat.
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dengan substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal. Untuk memperoleh efek anti-inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300 mg/ml. Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. Setelah diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik, efek samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa tromboksan.
8.      Diflunsial
Obat ini merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, bersifat analgetik dan anti inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Kadar puncak yang dicapai 2-3 jam. 99% diflunsial terikat albumin plasma dan waktu paruh berkisar 8-12 jam. Indikasi untuk nyeri sedang sampai ringan dengan dosis awal 250-500 mg  tipa 8-12 jam. Untuk osteoartritis dosis awal 2 kali 250-500 mg  sehari. Efek samping lebih ringan dari asetosal.
9.      Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
Fenilbitazon dan oksifenbutazon merupakan derivat pirazolon. Dengan adanya AINS yang lebih aman, fenilbutazon dan oksifenbutazon tidak lagi dianjurkan digunakan sebagai anti-inflamasi kecuali obat lain tidak efektif.
Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat dari pada kerja analgetiknya jadi golongan ini hanya digunakan sebagai obat rematik. Fenilbutazon dimasukan secara diam-diam dengan maksud untuk mengobati keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri.  Efek samping derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik, dan trombositopenia.

BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Saluran kemih merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul, dan pengosongan urin. yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.  Saluran kemih terdiri dari dua bagian, yaitu saluran kemih bagian atas yang berada di ginjal hingga ureter proximal dan saluran kemih bagian bawah yang terdiri dari ureter distal, kandung kemih dan uretra. Adapun golongan obat yang bekerja pada ginjal dan saluran kemih adalah anti septik saluran kemih : nitrofurantoin, metenamin, quinolon. Diuretik : tizaid, diuretik Loop, diuretik Hemat Kalium
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.berikut termasuk ke dalam golongan obat NSAID yaitu :
1)      Asam mefenamat dan Meklofenamat
2)      Diklofenak
3)       Ibuprofen
4)      Fenbufen
5)      Indometasin
6)      Piroksikam dan Meloksikam
7)      Salisilat
8)      Diflunsial
9)      Fenilbutazon dan Oksifenbutazon



DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4 (cetakan ulang 2002), bagian Farmakologi FKUI: Gaya Baru, Jakarta
Journal of physiology and pharmacology 2006, 57, supp 5, 113.124. Inhibitors Of Cyclooxygenase: Mechanisms, Selectivity and Uses
Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition. San Fransisco
Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001.Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3rd edition.Jakarta: FKUI.
Purnomo BB.2003.Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition.Jakarta: Sagung Seto.
Kennedy ES. Pregnancy,Urinary Tract infections. http://www.eMedicine.com. last updated 8 August 2007. accesed 22 February 2008.
Jawetz E. Sulfonamid dan trimetoprim. In: Katzung BG (Ed): Farmakologi dasar dan klinik.Jakarta: EGC.2002.
Hanno PM et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New york, Mcgraw-hill.2001.
Trevor AJ, Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s Pharmacology Examination and Board Review 7th Edition. Newyork, Mcgrtaw-hill.2005.
Katzung BG (Ed). Lange Medical Book. Basic and Clinical Pharmacology 9thEdition, Newyork, Mcgraw-hill.2001.
Carruthers SG et al. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology 4th edition, Newyork, Mcgraw-hill.2000.
Urinary Tract Infection. http://www.wikipedia.com. last updated on February 10 2008. accesed on September 10 2008.
Fihn SD. Acute Uncomplicated Urinary Tract Infection in Women. N Engl J Med 2003; 349: 259-26
Winotopradjoko M et al.2005.Antifektikum kombinasi in: ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol.40Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

 

NADIA CREATING :) Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template