KONSEP TEORI
HATI (LIVER) dan KANDUNG EMPEDU
(VESICA BILIARIS)
A.
Anatomi
Hati (liver) dan Kandung Empedu (vesica biliaris)
1.
Hati (liver)
Ligamentum
falsiformis erjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen, permukaan
hati diliputi oleh peritonium viseralis kecuali daerah kecil pada permukaan
posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang
merupakan peritonium memantu menyokong hati, diawah peritonium terdapat
jaringan ikat padat yang diseut sebagai kapsula gelisson, yang meliputi
permukaan seluruh organ; bagian paling tebal kapsula ini terdapat pada porta
hepatis, mementuk rangka untuk cabang vena porta arteri hepatika, dan saluran
empedu. Porta hepatis adalah visura pada hati tempat masuknya vena porta dan
arteri hepatika serta tempat keluarnya duktus hepatika. (Sylvia Price Anderson
2006)
Hati adalah
organ viseral teresar yang terletak diawah kerangka iga, 1.5000 gr (3 lbs) dan
pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati
menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak
teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena porta hepatika. Hati terbagi
menjadi lous kanan dan kiri yaitu:
a. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kiri dan memiliki 3 agian utama yaitu, lobus kanan atas, lobus kaudatus, lobus kuadratus
b. Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri diantaranya terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. (Ethel Sloane 2012)
a. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kiri dan memiliki 3 agian utama yaitu, lobus kanan atas, lobus kaudatus, lobus kuadratus
b. Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri diantaranya terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. (Ethel Sloane 2012)
Hati adalah
kelenjar tambahan dari saluran cerna, tetapi ia memiliki aneka fungsi berbeda
yang tidak berhubungan dengan pencernaan. Hati terletak di kuadran kanan atas
dari rongga abdomen dengan permukaan atasnya yang membulat sesuai dengan kubah
diafragma. Hati terus menerus menghasilkan cairan empedu yang akhirnya di sekrsikan ke dalam
duodenum melalui duktus biliaris komunis, sebanyak 1 liter dihasilkan setiap
harinya , namun sebagian besar disalurkan ke dalam kandung empedu tempat dimana
cairan tersebut di pekatkan 10 kali lipat dan ditimbun sampai dibeaskan atas
rangsangan makanan yang masuk. (Don W. Fawett 2002)
2.
Kandung Empedu
(vesica biliaris)
Kandung empedu
adalah kantung muskular hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm, organ ini
terletak di lekukan diawah lobus kanan hati, kapasitas total kandung empedu
kurang lebih 30-60 ml. (Ethel Sloane
2012)
Kandung empedu
merupakan kandung kecil yang terletak di perut atas sebelah kanan dan
tersembunyi di dalam hati. Cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan
dihasilkan oleh hati, cairan ini berfungsi untuk melarutkan asam lemak pada
makanan agar mudah di cerna dan diserap oleh usus halus (Ika Rifqiawati 2011)
Kandung empedu
merupakan kantung berongga berbentuk pir yang terletak tepat dibawah lobus
kanan hati, empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke
saluran empedu yang kecil dalam hati, saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk 2 saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati
sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang segera bersatu membentuk duktus
hepatikus komunis.
Duktus
hepatikus bergabung dengan duktus sistikus mementuk duktus koledokus. Duktus
koledokus bersatu dengan duktus pangkreatikus membentuk ampula vateri atau
bagian duktus yang melebar pada tempat menyatu seelum bermuara ke usus halus.
Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot
sirkular yang dikenal sebagai sfingter
oddi. (Sylvia Price Anderson 2006)
Kandung empedu
adalah organ berongga berbentuk pir yang menempti fosa dangkal pada permukaaan
bawah hati yang terdiri atas fundus, korpus, dan leher yang berlanjut ke dalam
duktus sistikus. Kandung empedu berukuran 4x10 cm dan berkapasitas 40-70 ml.
(Don W. Fawett 2002)
Empedu yang
diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi
duktus hepatika kanan dan kiri. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus
hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan keluar dari hati
sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis bersama dengan duktus
pangkreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk penyimpanan di kandung
empedu.
Dalam kandung
empedu pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam
anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira 5 kali lebih pekat
dibandingkan dengan empedu hati. Secara berkala kandung empedu mengosongkan
isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan
relaksasi sfingter oddi. Hormon kolesistokinin (CCK) dilepaskan dari sel
duodenal akibat hasil pencernaan dari protein dan lipid, dan hal ini merangsang
adanya kontraksi kandung empedu. (Sylvia Price Anderson 2006)
B.
Histologi
1.
Histologi Hati (liver)
Hati agak
berbeda karena hanya ada sedikit jaringan ikat di dalamnya, epitelnya terlihat
sangat merata diseluruh organ dan subunit srtuktural tidak mudah dilihat,
meskipun begitu masih ada beberapa daerah berpola heksagonal yang
berulang-ulang dimana sel-sel prenkimnya membentuk lempeng–lempeng yang
tersusun radial pada sebuah vena sentral. Pada tiga sudut daerah poligonal
terdapat daerah segitiga dari jaringan ikat dengan sebuah duktus biliaris
kecil, sebuah cabang arteri hepatika dan sebuah cabang vena porta. Kompleks ini
disebut sebagai triad portal.
Satuan
poligonal berdiameter 0,7 mm dan panjang
2 mm yang disebut sebgai lobulus hepar dan satu abad kemudian dipandang sebagai
satuan hati yang kini lebih lazim disebut dengan lobulus klasik. Sekitar pergantian
abad yang lalu dikatakan lobulus hati terdiri atas massa parenkim sekitar
setiap area portal termasuk semua sel yang bersekresi ke dalam duktus biliaris,
satuan struktural ini disebut sebagai lobulus portal. Sajak 1950an peneliti
lebih memilih asinus hepar sebaga satuan struktural dan fungsional hati, yang
dimana sebuah massa sel parenkim lonjong sekitar arteriol, venul dan duktus
biliaris terminal yang bercabang–cabang lateral dari area portal. Asinus adalah
satuan lebih kecil mencakup sebagian dua lobus klasik bersebelahan. (Don W.
Fawett 2002)
1.3
histologi hati: 1. vena sentral, 2. Lempeng
sel hati, 3. Sinusoid, 4. Endotel, 5. Vena porta, 6. Arteri hepatika.
|
Traktus portal terletak di
sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal dari vena
portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis. Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama
yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal
terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola
dengan dinding yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan
yang ketiga
adalah
duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan
juga limfatik (Junqueira et al., 2007).
Setiap lobus
hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut sebagai lobulus, yang
merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun
radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari lobulus.
Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai
sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Tidak seperti
kapiler lain sinusoid di batasi oleh sel fagositik atau sel kupffer merupakan
sistem monosit makrofag dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda
asing dalam darah. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam hati adalah sel
kupffer, sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan
melawan invasi bakteri dan toksik.
Selain
cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer
lobulus hati, juga terdapat saluran empedu interlobular membentuk kapiler
empedu yang sangat kecil yang disebut sebagai kanalikuli (tidak tampak), yang
erjalan di tengah lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit di
ekskresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin
lama makin besar hingga menjadi duktus koledokus. (Ethel Sloane 2012)
Sel–sel yang terdapat di hati
antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut sebagai sel
kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit berderet secara radier
dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan susunan
bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan
beranastomosis secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah
diantara 14 lempeng-lempeng ini
mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2007).
Sinusoid hati adalah saluran yang
berliku–liku dan melebar, diameternya tidak teratur, dilapisi sel endotel
bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel, yaitu sel
endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap. Sel-sel endotel memiliki batas sel
yang saling meliputi khas daerah-daerah tertentu namun pada daerah lain bagian
tipis sel endotel bervariasi ukuran dan bentuknya dari pada pori-pori endotel
kapiler bertingkapdi lain tempat tubuh, tingkapan yang berkelompok disebut
“lempeng saring”. Jadi dinding sinusoid memiliki ketidak utuhan antara sel.
Sel kupffer yang fagositik dengan inti ovoid yang tampak dengan
cabang-cabang melintasi lumen dan diduga terletak di dalam sinusoid namun
melekat pada endotel. Sel kuffer seringkali mengandung eritrosit dan endapan
pigmen dengan besi. Sel kuffer terletak pada permukaan sel endotel dengan cabang
yang meluas kedalam lumen dan diantara sel endotel di bawahnya. Sel endotel
memiliki kompleks golgi jukstanuklear kecil dan banyak mitokondria, sel kuffer
sanggup mengenali dan memfagositosis eritrosit tua yang aus, cedera, dan
membersihkan darah dari basil kolon yang berhasil memasuki portal selama
peredarannya melalui usus.
1.6 Sel kuffer |
Sel stelat atau sel Ito
atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan vitamin A dan memproduksi
matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal dari
cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari
saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko.2010,
Junqueira et al., 2007).
Traktus portal terletak di
sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal dari vena
portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis. Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama
yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal
terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola
dengan dinding yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik.
Dan yang ketiga
adalah
duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan
juga limfatik (Junqueira et al., 2007).
2
Histologi Kandung Empedu (vesica biliaris)
Kandung empedu
adalah organ berongga berbentuk pir yang menempti fosa dangkal pada permukaaan
bawah hati yang terdiri atas fundus, korpus, dan leher yang berlanjut ke dlam
duktus sistikus. Kandung empedu berukuran 4x10 cm dan berkapasitas 40 sampai 70
ml, dingdingnya teridiri tasa lapisan jaringan ikat subserosa tipis yang
menutupi lapisan otot polos, disebelah dalam nya terdapat mukosa yang terdiri
atas epitel dan lamina propria yang sangat vaskuler. Mukosanya berlipat-lipat
berupa lipatan berkelok dengan tinggi yang beragam yang membatasi celah sempit,
dalam keadaan direnggangkan lipatan itu memendek sampai berupa rambung pendek
dan jelas menunjukkan bahwa lipatan itu bercabang dan beranastomosis membentuk
jalinan yang melapisi reses poligonal dangkal.
Jaringan
epitel kandung empedu adalah selapis sel kolumnar tinggi dengan inti lonjong
dan sitoplasma yang sedikit eosinofilik. Celah antar sel dibelahan atas epitel
selebar 15-20 nm, dan disegel dekat lumen oleh zonula occludens , lebar celah
antar sel belahan bawah tergantung pada keadaan fungsional kandung empedu.
Kandung empedu menyempit saat keadaan tidak aktif namun melebar bila empedu
dipekatkan dengan mengangkut air keluar melalui epitel nya.
1.8 sel kolumnar pada kandung empedu |
Lapisan
muskular dingsing kandung empedu merupakan jalinan longgar tidak teratur dari
berkas –berkas sel otot yang memanjang , transversal dan serong, celah diantara
berkas –berkas sel otot ditempati oleh serat serat kolagen, elastin, dan satu
fibroblas. Diluar muskularis terdapat lapisan jaringan ikat agak padat yang
kaya akan kolagen, elastin dan mengandung fibroblas , makrofak dan sedikit
kelompok lemak.
Duktus
sistikus berlanjut dari leher kandung empedu sepanjang 3-4 cm dan bergabung
dengan duktus hepatikus komunis yang berjalan ke bawah di belakang kaput
pangkreas mendekati duktus pangkreatikus. keduanya bersama-sama menembus
muskularis duodenum, di dalam dingding duodenum duktus biliaris dan duktus
pangkreatikus dilingkari oleh otot polos yang disebut sfingter oddi. Kompleks
otot ini terdiri atas 4 bagian yaitu,
a.
Pita sirkular otot polos kuat,
yaitu sfingter koledokus yang mengelilingi bagian terminal dari duktus
biliaris,
b.
Sfingter pangkreatikus, yaitu
berada disekitar duktus pangkreatikus
c.
Berkas longitudinal otot polos,
yaitu otot polos fasikulus longitudinalis dalam ruang antar duktus
d.
Anyaman serat-serat otot sekitar
ampula, yaitu disekitar ampula.
Normalnya kontraksi sfingter koledukus menghentikan aliran empedu,
fasikuli memanjang memendekkan duktus bagian intramural dan melancarkan aliran
empedu ke dalam duodenum. (Don W. Fawett 2002)
C.
Suplai Darah
1.
Suplai Darah pada Hati (liver)
Suplai darah
utama aferen adalah melalui vena porta yang membawa darah miskin oksigen yang
telah beredar diusus, pangkreas, dan limfa. Memasuki porta hepatis vena porta
bercabang menjadi vena penghantar, vena interlobular dan vena central
mencurahkan isinya kedalam sinusoid, sedangkan arteri hepatika bercabang
menjadi arteri interlobar dan arteri interlobular. Bagian terbesar aliran
pembuluh dialirkan ke kapiler-kapiler strauma jaringan ikat organ, namun volume
yang lebih kecil mengalir ke dalam arteriol hepatik dan triad portal yang
selanjutnya akan dialirkan ke sinusoid.
(Don W. Fawett 2002)
Aliran darah di hati
dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus hepatik. Asinus hepatik
berbentuk seperti buah berry, terletak di traktus portal. Asinus ini
terletak di antara 2 atau lebih venula hepatic terminal, dimana darah mengalir
dari traktus portalis ke sinusoid, lalu ke venula tersebut. Asinus ini terbagi
menjadi 3 zona, dengan zona 1 terletak paling dekat dengan traktus portal
sehingga paling banyak menerima darah kaya oksigen, sedangkan zona 3 terletak
paling jauh dan hanya menerima sedikit oksigen. Zona 2 atau zona intermediet
berada diantara zona 1 dan 3. Zona 3 ini paling mudah terkena jejas iskemik.
(Junqueira et al., 2007)
2.
Suplai Darah pada Kandung Empedu (vesika biliaris)
Kandung empedu
mendapat darah dari arteri sistikus, darah vena berkumpul dalam vena yang
mencurahkan sebagaian besar isinya ke dalam vena-vena kecil hati dan hanya sedikit yang berhubungan
dengan cabang sistikus dari vena porta. (Don
W. Fawett 2002)
Vesika
biliaris mendapat darah dari arteri sistika yang biasanya berasal dari arteria
hepatika dekstra. Duktuk kolidokus mendapat darah dari beberapa cabang darah
arteri, beberapa cabang arteri dari pankreatikus duodenalis superior, hepatika
dekstra dan sistika. Vena sistika
mengalirkan darahnya ke cabang kanan ven porta hepatis, ada juga cabang-cabang
kecil vena masuk langsung ke daam hepar. Vena dari duktus kolidekus sebagian
masuk langsung ke dalam hepar, sebagian melalui vena pangkreatikus duodenalis
superior. (Dr. dr. I. Harjadi Wirjaja, PA 2008)
1.10
Fundus vesica biliris, corpus vesika biliaris,
collum vesica bliaris, duktus cystikus, duktus hepatikus, duktus koloedekus
|
D.
Sirkulasi Darah pada Hati (liver)
Fungsi utama sirkulasi hati dilaksanakan di
dalam sinusoid yang membentuk pleksus tiga dimensi lumit di dalam lobulus yang
menyediakan daerah permukaan untuk pertukaran metabolik di antara darah dan
parenkim hati, darah keluar dari sinusoid
melalui banyak lubang dalam dinding tipis vena central yang kemudian
dialirkan ke dalam vena suplobular dan ke dalam vena penampung, vena penampung
yang banyak menyatu menghasilkan dua atau lebih vena hepatika besar yang muncul
dari porta hepatis dan bergabung ke dalam vena kafa inverior. (Don W. Fawett
2002)
Hati memiliki
2 sumer suplai darah dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatika
dan dari aorta melalui arteri hepatika. Sekitar 1/3 darah yang masuk adalah
darah arteria dan 2/3 nya adalah darah vena dari vena porta. Volume total darah
yang melewati hati setiap menitnya adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena
hepatika kanan dan kiri yang selanjutnya bermuara pada vena kavainferior.
Vena porta
bersifat unik karena terletak diantara 2 daerah kapiler, yang satu terletak
dalam hati dan lainnya dalam saluran cerna saat mencapai hati vena porta
bercabang-cabang yang menempel yang melingkari lobulus hati, cabang-cabang ini
kemunian mempercabangkan vena-vena interlobularis yang berjalan diantara
lobulus-lobulus. Vena tersebut selanjutnya membentuk sinusoid yang berjalan
diantara lempengan hepatosit dan bermuara dalam vena sentralis. Vena sentralis di beberapa bersatu membentuk
vena sublobularis yang selanjutnya menyatu dan membentuk vena hepatika.
Cabang-cabang
terhalus hepatika juga mengalirkan darah ke dalam sinusoid, sehingga terjadi
campuran darah arteri dari arteria hepatika dan darah vena dari vena porta.
Melukiskan sumber aliran darah ke sistem portal; tekanan yang meningkat dalam
sistem ini adalah manifestasi laim gangguan hati dengan akibat serius yang
melibatkan pembuluh-pembuluh tempat darah portal berasal. Beberapa lokasi
anastomosis portakaval memiliki arti klinis yang penting. Pada obstruksi aliran
ke hati darah porta dapat dipirau ke sistem vena sistemik akibat hipertensi
portal dan pemasangan pirau. (Sylvia Price Anderson 2006)
E.
Fungsi Hati (liver) dan Kandung Empedu (vesika biliaris)
1.
Fungsi Hati (liver)
a.
Sekresi hati memproduksi empedu
yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak.
b.
Metabolisme hati memetabolisme
protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.
c.
Hati berperan penting dalam
mempertahankan homeostatik gula darah.
d.
Hati menyimpan glukosa dalam bentuk
glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika di perlukan tubuh.
e.
Hati mengurai protein dari sel-sel
tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ membentuk urea dari asama amino
erlebih dan sisa nitrogen.
f.
Hati menyintesis lemak dari
karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak.
g.
Hati menyintesis unsur-unsur pokok
membran sel (lipoproten, kolestrol dan fosfolipid)
h.
Hati menyintesis protein plasma dan
faktor-faktor pembekuan darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk
penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu.
i.
Penympanan, hati menyimpan mineral,
seperti zat besi dan tembaga, serta vitamn larut lemk (A, D, E dan K), serta
obat yang tidak dapat di uraikan dan di ekresikan
j . Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivikasi hormon dn dektosifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah.
j . Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivikasi hormon dn dektosifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah.
k.
Produksi panas berbagai aktivitas kimia dalam hati
menjadikan hati sebagai sumber utama panas tubuh, terutama saat tidur.
l.
Penyimpanan darah. Hati merupakan meservoar untuk sekitar
30% curah jantung dan, bersama dengan limpa, mengatur volume darah yang
diperluuakn tubuh.
(Sylvia Price
Anderson 2006)
·
Fungsi utama
hati
Di bawah ini
beberapa fungsi utama hati menurut Sylvia
Price Anderson 2006 tercantum pada tabel 2.1
Tabel 2.1
|
|
Fungsi
|
Keterangan
|
Pembentukan dan ekskresi empedu metabolisme
garam empedu
|
Garam empedu penting untuk pencernaan dan
absorbsi lemak serta vitamin larut – lemak di dalam usus.
|
Metabolisme
pigmen empedu
|
Bilirubin (pigmen
empedu utama) meruapakan hasil akhir metabolisme pemecahan eritrosit yang
sudah tua:
proses
konjugasi berlangsung dalam hati dan di ekresi ke dalam empedu.
|
Metabolisme karbohidrat glikogenesis,
glikogenolisis, glukoneogenesis
|
Hati berperan penting dalam mempertahankan
kadar darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh, karbohidrat di simpan
dalam hati sebagai glikogen.
|
Metabolisme protein sintesis
protein
|
Protein serum yang di sintesis oleh hati
adalah albumin serta globulin alfa dan beta (gamaglobulin tidak).
Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh
hati adalah fibrinogen (I), protrombin
(II), dan faktor V, VII, IX dan X. Vitamin K merupakan kofaktor
penting dalam sintesis semua faktor ini kecuali faktor V.
|
Pembentukan urea penyimpanan protein (asam
amino)
|
Urea
dibentuk semata-mata dalam hati dai amoniak (NH2), yang kemudian
di eksresi dalam urin dan feses : NH3 dibentuk dari deaminasi
asama amino dan kerja baktei usus terhadap asam amino
|
Metabolisme
lemak ketogenesis
|
Hidrolisis
trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan lipproprotein (di absorbsi dari
usus) menjadi asam lemak dan gliserol.
|
Sintesis kolesterol penimbunan
lema
|
Hati memegang peranan utama dalam sintesis
kolesterol sebagian besar di ekskresi dalam empedu sebagai klosterol atau
asam kolat.
|
Penimbunan vitamin dan mineral
|
Vitamin larut lemak (A, D, E, K) disimpan
dalam hati: juga vitamin B12, tembaga dan besi.
|
Metabolisme
steroid
|
Hati
menginaktifkan dan menyekresi aidosteron, glukokortikoid, enstrogen,
progesteron, testosteron.
|
Detoksifikasi
|
Hati bertanggung jawab atas biotransformasi
zat-zat berbahaya (misal obat) menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang
kemudian di ekskresi oleh ginjal.
|
Gudang darah dan filtrasi
|
Sinosoid hati merupakan depot darah yang
mengalir kembali dari vena kava ( gagal jantung kanan): kerja fagositik sel
kupffer membuang bakteri dan debris dari darah.
|
2.
Fungsi Kandung Empedu
a.
Kandung empedu menyimpan cairan
empedu yang secara terus menerus di sekresi oleh sel – sel hati, sampai
diperlukan dalam duodenum. Diantara waktu makan, sfingter oddi menutup dan
cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan
ini dirangsang oleh CCK.
b.
Kandung empedu megkonsentrasi
cairannya dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit dengan demikian, kandung
empedu mampu menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati.
(Sylvia Price Anderson 2006)
c.
Sebagai penentu keputusan, apabila
kandung empedu lemah atau kurang maka penderita akan sering menarik napas
panjang, sering merasa resah dan tidak berani mengambil keputusan
d.
Mensekresi cairan empudu
(viva.co.id)
F. Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul pada Kasus Sistem Pencernaan
Menurut Nursing Diagnoses
PHYSIOLOGICAL DOMAIN
Anatomical structures and
physiological processes essential to human health
|
|
Class: Respiration
Anatomical structures and physiological processes involved in
ventilation and gas exchange
|
Nursing Diagnosis Code
|
Ineffective breathing pattern
|
00032
|
Class:
Physical Regulation
Anatomical
structures and physiological processes involved in hematological,
immunological, and metabolic regulatory mechanisms
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Hyperthermia
|
00007
|
Excess fluid volume
|
00026
|
Risk for imbalanced fluid volume
|
00025
|
Deficient fluid volume
|
00027
|
Risk for hyperthermia
|
00253
|
Risk for electrolyte imbalance
|
00195
|
Risk for unstable blood glucose level
|
00179
|
Risk for impaired liver function
|
00178
|
Class:
Nutrition
Anatomical
structures and physiological processes involved in the ingestion, digestion,
and absorption of nutrients
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Imbalance
nutrition less than body requirements
|
00002
|
Class:
Elimination
Anatomical
structures and physiological processes involved in discharge of body waste
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Constipation
|
00011
|
Diarrhea
|
00013
|
Risk for ineffective gastrointestinal perfusion
|
00202
|
Risk for constipation
|
00015
|
Class: Skin or tissue
Anatomical structures and physiological processes of skin and
body tissues involved in structural integrity
|
Nursing Diagnosis Code
|
Risk of impaired tissue integrity
|
00248
|
Impaired tissue integrity
|
00044
|
MENTAL DOMAIN
Mental
processes and mental patterns essential to human health
|
|
Class:
Self-Concept
Psychological
patterns involved in self-perception, identity, and self-regulation
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Disturbed
body image
|
00118
|
EXISTENTIAL DOMAIN
Experiences
and life perceptions essential to human health
|
|
Class:
Comfort
Perceptions
of symptoms and experience of suffering
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Anxiety
|
00146
|
Acute
pain
|
00132
|
Nausea
|
00134
|
Chronic pain
|
00133
|
Fear
|
00148
|
Class:
Coping
Perception
of coping, coping experiences, and coping strategies
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Ineffective
coping
|
00069
|
FUNTIONAL DOMAIN
Life-span
processes, basic functions, and skills essential to human health
|
|
Class:
Energy Balance
Energy usage
and energy regulation pattern
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Fatigue
|
00093
|
Insomnia
|
00095
|
Activity
intolerance
|
00092
|
Risk of
activity intolerance
|
00094
|
Class:
Health Promotion
Health
literacy and health maintenance skills
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Deficient
knowledge
|
000126
|
SAFETY
DOMAIN
The
characteristies of risk behavior, health hazards, and milieu hazards
essential to human health
|
|
Class:
Health Hazard
Health
hazards associated with healthcare processes and social processes
|
Nursing
Diagnosis Code
|
Risk of
infection
|
00004
|
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel.
2012. Anatomi dn fisiologi untuk pemula.
Jakarta: ECG
Price, Sylvia
Anderson. 2006. Patofisiologi: konsep
klinis proses-proses penyakit Ed. 6
Vol. 1. Jakarta: ECG
Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar
histologi Ed. 12. Jakarta: EGC
Wirjaja, I.
Harjadi PA. 2008. Anatomi Abdomen.
Jakarta: EGC
Rifqiawati,
Ika dan El-hisani, Annah. 2011. Bukupintar
Tubuh Manusia. Jogjakarta: Harmoni
Herdman, T. Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2014. NANDA International
Nursing Diagnoses
Definition and Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
0 komentar:
Posting Komentar