BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saluran kemih
merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul, dan pengosongan urin. yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Saluran kemih terdiri dari dua
bagian, yaitu saluran kemih bagian atas yang berada di ginjal hingga ureter
proximal dan saluran kemih bagian bawah yang terdiri dari ureter distal,
kandung kemih dan uretra. Berbagai masalah pada saluran kemih dapat
disebabkan oleh infeksi, obstruksi, kongenital, ataupun penyakit metabolik.
Antiseptik
saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran kemih.
Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna azo, merupakan
suatu analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu. Obat
ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta
rasa dorongan berkemih yang merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Spasme
saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan antispasmodik
yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Diuretika adalah obat
yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida.
Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh
aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH).
Obat
antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas),
dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan
untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki
khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme
kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1)
dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan
dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid.
Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat, golongan
asam arilalkanoat , golongan
profen/asam 2-arilpropionat , golongan
asam fenamat/asam N-arilantranilat
, golongan turunan pirazolidin ,
golongan penghambat COX-2 , golongan sulfonanilida , golongan lain
B.
Rumusan
masalah
1. Apakah
definisi dari saluran kemih ?
2. Apa
saja golongan obat yang bekerja pada ginjal dan saluran kemih ?
3. Apakah
definisi NSAID (Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs) ?
4.
Apa
saja golongan obat yang termasuk anti inflamasi non steroid ?
1.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui definisi dari saluran kemih
2.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan menggolongkan macam-macam obat yang bekerja pada ginjal dan
saluran kemih
3.
Agar
mahasiswa mengetahui definisi dari NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
4.
Agar
mahasiswa dapat menggolongkan obat yang termasuk anti inflamasi non steroid
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
saluran kemih
Saluran kemih merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul, dan
pengosongan urin. yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Saluran kemih terdiri dari dua
bagian, yaitu saluran kemih bagian atas yang berada di ginjal hingga ureter proximal
dan saluran kemih bagian bawah yang terdiri dari ureter distal, kandung kemih
dan uretra. Berbagai masalah pada saluran kemih dapat disebabkan oleh
infeksi, obstruksi, kongenital, ataupun penyakit metabolik.
Ginjal
merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis, ginjal kanan terletak lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena
tertekan kebawah oleh hati.
Ureter
merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25-30 cm) terbentang dari
ginjal sampai vesika urinaria fungsinya ialah menyalurkan urin ke vesika
urinaria
Vesika urinaria merupakan suatu
kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis,vesika
urinaria mempunyai tiga muara : dua dari ureter dan satu menuju uretra.
Uretra
merupakan saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari vesika urinaria
sampai keluar tubuh panjang panjang pada perempuan sekitar 1,5 inci (4 cm) dan
pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm) muara uretra keluar tubuh disebut meatus
urinarius.
B.
Golongan
obat pada
a)
Anti septik saluran kemih
Anti septik saluran
kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Obat bekerja pada
tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan
bakteri. Urinalis dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan
sebelum dimulainya terapi obat. Kelompok antiseptik saluran
kemih adalah nitrofurantoin, metenamin, quinolon, dan trimetoprim.
1.
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin
(Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan untuk ISK pada tahun 1953.
Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau bakterisidal, tergantung dari
dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram positif dan gram
negatif, terutama terhadap E. coli. Obat ini dipakai untuk pengobatan
ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat
dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini
dapat menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran kemih. Pseudomonas
aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan
resisten yang peka terhadap nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul
secara lambat. Tidak ada restisten silang di antara nitrofurantoin dan obat antimikroba
lain.
Mekanisme kerja
nitrofurantoin tidak diketahui, diduga obat ini mengahmabat sistem enzim
bakteria termasuk siklus asam trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat
diperkuat pada pH 5,5 atau kurang.
·
Farmakokinetik
Nitrofurantoin
diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme dan
diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri
sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di ekskresikan ke dalam urin baik dengan
filtrasi glomerulus maupun dengan sekresi tubulus. Dengan dosis harian
rata-rata, konsentrasi g/mL dicapai di
dalam urin. Pada gagal ginjal, kadar di dalam
urin tidak cukup untuk kerja antibakteri, tetapi kadar
dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan. Nitrofurantoin memberikan
warna coklat pada urin.
·
Indikasi
Klinik
Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan
infeksi saluran kemih bawah tanpa komplikasi dan pencegahan rekurens infeksi
saluran kemih bawah.
·
Penggunaan
Klinik
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada
orang dewasa ialah 100 mg per oral 4 kali sehari yang dimakan bersama makanan
atau susu. Nitrofurantoin tidak boleh diberikan kepada pasien infusiensi ginjal
yang berat. Nitrofurantoin dapat diberikan berbulan-bulan untuk menekan infeksi
kronis saluran kemih. Lebih disukai untuk mempertahankan pH urin di bawah 5,5.
Dosis tunggal harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah kekambuhan infeksi
saluran kemih pada wanita.
Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per oral (5-8 mg/kg/hari
pada anak-anak dapat mengurangi diare karena kolera dan mungkin memperpendek
ekskresi vibrio. Obat ini biasanya tidak berhasil untuk shigelosis.
·
Efek Samping
a. Toksisitas
Langsung : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping utama (dan sering)
nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan
defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Nitrofurantoin mengantagonis efek
asam nalidiksat.
b. Reaksi Alergi :
Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-paru, dan reaksi hipersensitif
lain.
·
Interaksi Obat
Nitrofurantoin
berinteraksi pada antasida terutama yang mengandung Mg trisilikat dapat
menurunkan absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam nalidiksat dan
oksolinat. Kadar serum fenitoin menurun bila diberikan bersamaan dengan obat
ini.
·
Sediaan dan
Dosis
Nitrofurantoin
tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50 mg, 100 mg, serta suspensi. Dosis dewasa :
3-4x sehari 50 mg/hari.
Anak-anak : 5-7
mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.
2.
Metenamin
Metenamin (Mandelamine, Hiprex)
menimbulkan efek bakterisidal jika pH urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia
dalam bentuk garam mandelat (masa kerja singkat) dan sebagai garam hipurant.
Metenamin efektif dalam melawan organisme gram positif dan gram negatif,
terutama E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai
untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran
gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami
perubahan. Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam;
oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal.
Sari buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam
askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk menurunkan pH urin.
· Farmakokinetik
Metenamin dan garamnya diabsorbsi
secara tepat disaluran cerna setelah pemberian secara oral, dan 10-30% dari
dosis yang diberikan dihidrolisis oleh asam lambung sehingga obat ini sebaiknya
diberikan dalam bentuk salut enterik.
Meskipun obat ini didistribusikan ke
seluruh cairan tubuh termasuk sel darah merah, cairan serebrospinalis dan
sinovial, serta pleura, tetapi obat ini tidak menunjukkan aktivitas antibakteri
karena formaldehid tidak terbentuk pada pH fisiologis. Lebih dari 90% obat ini
diekskresikan kedalam urin dan lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi
formaldehid bebas.
· Indikasi
Obat ini digunakan untuk profilaksis
infeksi saluran kemih rekurens. Obat ini sangat bermanfaat pada prostatitis dan
neurogenik bladder, dan terbentuk residu urine karena waktunya cukup untuk
membentuk formaldehid.
· Efek Samping
Metenamin dan garamnya cukup aman serta
relatif ditoleransi dengan baik. Efek samping yang biasanya terjadi adalah
gangguan saluran cerna yang meliputi mual, muntah, dan diare terutama bila
dosis obat diberikan lebih dari 4x500 mg/hari, meskipun diberikan dalam bentuk
salut enterik. Dengan dosis besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi
saluran kemih yang ditandai dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin
menurun, metenamin dapat menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat
beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada Hiprex.
· Interaksi Obat
Obat-obat yang meningkatkan pH urin
(seperti asetazolamid dan natrium bikarbonat) mencegah hidrolisis metamin
menjadi formaldehid. Metenamin tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan
sulfa karena akan meningkatkan terjadinya kristaluria.
· Sediaan dan Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet
500 mg dan 1 g serta suspensi.
Metenamin
Mandelat
|
Metenamin
Hipurat
|
Dewasa : 4x1 gr/hari
setelah makan
Anak 6-12
tahun : 4x500 mg/hari
Anak < 6
tahun : 18,3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis
|
Dewasa dan
anak > 12 tahun : 2x1 gr/hari
Anak 6-12
tahun : 2x500 mg/hari atau 25-50mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis
|
3.
Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan
kelompok antiseptik saluran kemih terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian
bawah. Asam nalidiksat (NegGram) dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin
(Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro)
dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan
siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK. Dosis obat harus
diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat iniadalah
2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi ginjal.
·
Farmakokinetik
Sinoksasin
diabsorpsi dengan baik dan saluran gastrointestinal, dan 35% dari norfloksasin
diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi berikatan dengan
protein, tetapi norfloksasin hanya 10-15% yang berikatan dengan protein. Waktu
paruh dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-obat ini biasanya diberikan dua
kali sehari. Baik sinoksasin maupun norfloksasin diekskresi sebagai
metabolit tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain itu sebagian dari
metabolit norfloksasin diekskresikan ke dalam feses.
·
Farmakodinamik
Sinoksasin dan
norfloksasin menghambat sintesis DNA bakteri. Norfloksasin merupakan obat
antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif untuk melawan mikroorganisme
gram positif dan gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa.
Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak organisme yang sama.
Mula kerja dari
kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dari
kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama kerja sinoksasin adalah 10-12 jam
tetapi untuk norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi absorpsi obat-
obat ini. Probenesid memperpanjang kerja sinoksasin dan norfloksasin. Obat-Obat
ini mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan Iaboratorium, mungkin
menyebabkan peningkatan BUN, kreatinin serum, alkali fosfatase serum, SGOT dan
SGPT serum.
·
Efek Samping
Pemakaian asam
nalidiksat dapat menimbulkan efek samping berikut: sakit kepala, pusing,
sinkope (pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan, dan ruam kulit.
Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gangguan penglihatan dapat terjadi pada
pemakaian sinoksasin dan norfloksasin.
4.
Trimetoprim
Trimetoprim
(Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk pengobatan ISK atau dalam
kombinasi dengan sulfonamid, sulfametoksazol (preparat kombinasi mi secara
generik dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya organisme
yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini menghasilkan efek bakterisidal
dengan masa kerja lambat untuk melawan hampir semua organisme gram positif dan
gram negatif. Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan ISK akut dan
kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat adalah kira-kira dua sampai
tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan vaskular. Dalam keadaan
normal waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih
panjang jika terdapat disfungsi ginjal.
· Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap, kadar
puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan waktu paruh 11 jam. Distribusi
cepat ke seluruh jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang kadarnya cukup
tinggi.
·
Efek Samping
Efek sampingnya terutama gejala-gejala
gastrointestinal, yaitu mual dan muntah; dan masalah kulit, seperti ruam kulit
dan pruritus. Untuk menghindari
resistensi lebih lanjut yang semakin sering terjadi, sebaiknya jangan digunakan
sebagai obat pencegah. Resistensi dari kuman uropatogen terhadap trimetoprim
sudah meningkat.
b)
Diuretik
Diuretika adalah obat yang bekerja pada
ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Secara normal,
rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan
vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar diuretik bekerja dengan
menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit yang meningkat
diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema pada gagal
jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis. Beberapa
diuretik, terutama tizaid secara luas digunakan pada terapi hipertensi, namun
kerja hipotensif jangka panjangnya tidak hanya berhubungan dengan sifat
diuretiknya.
Tizaid dan senyawa yang berkaitan bersifat
aman, aktif secara oral, namun merupakan diuretik yang relatif lemah. Obat yang
lebih efektif adalah high celling atau diuretik loop. Obat ini mempunyai awitan
yang sangat cepat dan durasi kerja yang cukup pendek. Obat ini sangat kuat dan
bisa menyebabkan ketidakseimbanangan elektrolit serta dehidrasi yang seruis.
Metolazon merupakan obat yang berkaitan dengan tizaid dan aktivitasnya berada
diantara diuretik loop dan tizaid. Metolazon mempunyai efek sinergis yang kuat
dengan furosemid dan kombinasi tersebut bisa efektif pada edema yang resisten
dan pada pasien dengan gagal ginjal yang seruis. Tizaid dan diuretik loop
meningkatkan ekskresi kalium, dan mungkin dibutuhkan suplemen kalium untuk
mecegah hipokalemia.
Beberapa diuretik bersifat ‘hemat
kalium’. Duiretik ini lemah bila digunakan tersendiri, namum menyebabkan
retensi kalium dan sering diberikan bersama tizaid atau diuretik loop untuk
mencegah hipokalemia.
1) Tizaid
Tizaid
terbentuk dari inhibitor karbonat anhidrase. Akan tetapi aktivitas diuretik obat
ini tidak berhubungan dengan efeknya pada obat tersebut. Tizaid digunakan
secara luas pada terapi gagal jantung ringan dan hipertensi, dimana telah
terbukti bahwa obat tersebut menurukan insidensi stroke. Terdapar banyak macam
tizaid, namun satu-satunya perbedaan utama adalah durasi kerjanya. Yang paling
banyak digunakan adalah bendroflumetiazid.
·
Mekanisme
Kerja
Tizaid bekerja
terutama pada segmen awal tubulus distal, dimana tizaid menghambat rearbsorbsi
NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan untuk kontraspor Na+/Cl-
elektronetral. Terjadi peningkatan eksresi Cl-, Na+ dan
disertai H2O. Beban Na yang meningkat dalam tubulus distal
menstimulasi pertukaran Na+ dengan K+ dan H+,
meningkatkan sekresinya dan hipokalemia dan alkalosis metabolik.
·
Efek Simpang
Efek simpang
termasuk kelemahan, impotensi dan kadang-kadang ruam kulit. Reaksi alergi yang
serius (misalnya trombositopenia) jarang terjadi. Yang lebih sering terjadi
adalah efek metabolik seperti berikut :
o
Hipokalemia bisa mempresitipasi aritmia
jantung, terutama pada pasien yang mendapat digitalis. Hal ini dapat dicegah
dengan pemberian suplemen kalium bila dibutuhkan, atau terapi kombinasi dengan
diuretik hemat kalium.
o
Hiperurisemia. Kadar asam urat dalam
darah sering kali meningkat karena tizaid disekresi oleh sistem sekresi
asam organik dalam tubulus dan berkompetisi untuk sekresi asam urat. Keadaan in
dapar mempresitipasi gout.
o
Toleransi glukosa bisa terhanggu dan
tizaid adalah kontraindikasi pada pasien diabetes tidak tergantung insulin.
o
Lipid. Tizaid meningkatkan kadar
kolesterol plasma paling tidak selama 6 bulan pertama pemberian obat, tetapi
signifikansinya tidak jelas.
2) Diuretik Loop
Diuretik loop
(biasanya furosemid) diberikan secara oral dan digunakan untuk mengurangi edema
perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai berat. Obat ini
diberikan secara intravena pada pasien dengan edema paru akibat gagal ventrikel
akut. Tidak seperti tizaid, diuretik loop efektif pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal.
·
Mekanisme
Kerja
Obat yang
bekerja di loop menghambat rearbsorbsi NaCl dalam ansa Henle asendens segmen
tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar untuk merearbsorsi NaCl
sehingga obat yang bekerja pada tempat ini menyebabkan diuresis yang lebih
hebat daripada duiretik lain. Diuretik loop bekerja pada membran lumen dengan
cara menghambat kontraspor Na+/K+/2Cl-. (Na+
secara aktif ditranspor keluar sel ke dalam intertisium oleh pompa yang
tergantung pada Na+/K+ -ATPase di membran basolateral).
Spesifisitas diuretik loop disebabkan oleh konsentrasi lokalnya yang tinggi
dalam tubulus ginjal. Akan tetapi, pada dosis tinggi obat ini bisa menginduksi
perubahan komposisi elektrolik dalam endolimfe dan menyebabkan ketulian.
·
Efek Simpang
Obat ini
bekerja di loop dan dapat menyebabkan hiponatremia, hipotensi, hipovolemia, dan
hipokalemia. Kehilangan kaliun seperti dengan pemberian tizaid, secara klinis
seringkali tidak penting kecuali bila terdapat faktor resiko tambahan untuk
aritmia (misalnya terapi dengan digoksin). Ekskresi kalium dan magnesium
meningkat dan dapat terjadi hipomagnesemia. Penggunaan diuretik loop yang
berlebihan (dosis tinggi, pemberian secara intravena) bisa menyebabkan ketulian
yang tidak dapat pulih kembali.
3) Diuretik Hemat
Kalium
Diuterik ini
bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada nefron distal,
dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteron menstimulasi
rearbsorbsi Na+ dengan mengantagonis aldosteron (spironolakton) atau
memblok kanal Na+ (amilorid, triamteren). Hal ini menyebabkan potensial
listrik epitel tubulus menurun, sehingga gaya untuk sekresi K+
berkurang. Obat ini dapat menyebabkan hiperkalemia berat, terutama pada pasien
dengan gangguan ginjal. Hiperkalemia juga mungkin terjadi bila pasien
mengkonsumsi inhibitor ACE (misalnya kaptopril), karena obat ini menurunkan
sekresi aldosteron (dan selanjutnya ekskresi K+).
Sprinolakton
secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga
meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan
menurunkan sekresi K+ yang ‘diperkuat oleh listrik’. Sprinolakton
merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari rearbsorbsi Na+ total
yang berada dibawah kendali aldosteron. Sprinolakton digunakan terutama pada
penyakit hati dengan asites, sindrom Conn, (hiperaldosteronisme primer) dan
gagal jantung berat.
Amilorid dan
triamteren menurunkan preamibilitas membran lumen terhadap Na+ pada
distal nefron dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya dengan
perbandingan 1:1. Hal ini meningkatkan ekskresi Na+ (Cl-
dan H2O) dan menurunkan ekskresi K+.
C.
Definisi
NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs)
NSAID (Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid
(AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi sebagai anti inflamasi,
analgetik dan antipiretik. NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa
obat sangat berbeda secara kimiawi. Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata
memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Obat
golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti inflamasi non steroid, karena ada
obat golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat golongan
steroid bekerja di sistem yang lebih tinggi dibanding NSAID, yaitu menghambat
konversi fosfolipid menjadi asam arakhidonat melalui penghambatan terhadap
enzim fosfolipase.
Sebagian
besar efek terapi dan efek samping NSAID berdasarkan atas penghambatan
biosintesis prostaglandin (PG). Pada saat sel mengalami kerusakan, maka akan
dilepaskan beberapa mediator kimia. Di antara mediator inflamasi, prostaglandin
adalah mediator dengan peran terpenting. Enzim yang dilepaskan saat ada
rangsang mekanik maupun kimia adalah prostaglandin endoperoksida sintase (PGHS)
atau siklo oksigenase (COX) yang memiliki dua sisi katalitik. Sisi yang pertama
adalah sisi aktif siklo oksigenase, yang akan mengubah asam arakhidonat menjadi
endoperoksid PGG2. Sisi yang lainnya adalah sisi aktif peroksidase, yang akan
mengubah PGG2 menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2. PGH2 selanjutnya akan
diproses membentuk PGs, prostasiklin dan tromboksan A2, yang ketiganya
merupakan mediator utama proses inflamasi. COX terdiri atas dua isoform yaitu
COX-1 dan COX-2.
Golongan
obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (COX) sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat dengan cara berbeda.
Khusus parasetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila
lingkungannya rendah kadar peroksida seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi
biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan
mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak ada. Inhibisi biosintesis
prostaglandin oleh aspirin menyebabkan asetilasi yang irreversibel di sisi
aktif siklo okigenase, sedangkan sisi aktif peroksidase tidak terpengaruh.
Berlawanan dengan aksi aspirin yang irreversibel, NSAID lainya seperti
ibuproven atau indometasin menyebabkan penghambatan terhadap COX baik
reversibel maupun irreversibel melalui kompetisi dengan substrat, yaitu asam
arakhidonat.
D.
Golongan obat anti inflamasi non
steroid
1.
Asam mefenamat dan Meklofenamat
Asam
mefenamat digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi, asam mefenamat
kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai obat
anti-inflamasi pada reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat
merupakan golongan antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein
plasma. Dengan demikian interaksi dengan oabt antikoagulan harus diperhatikan.
Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai
diare berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat
adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Sedangakan dosis meklofenamat untuk terapi
penyakit sendi adalah 240-400 mg sehari. Karena efek toksisnya di Amerika
Serikat obat ini tidak dianjurkan kepada anak dibawah 14 tahun dan ibu hamil
dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2.
Diklofenak
Diklofenak
merupakan derivat asam fenilasetat. Absorpsi obat ini melalui saluran
cerna berlangsung lengkap dan cepat. Obat ini terikat pada protein plasma 99% dan
mengalami efek metabolisma lintas pertama (first-pass) sebesar 40-50%.
Walaupun waktu paruh singkat 1-3 jam, dilklofenakl diakumulasi di cairan
sinoval yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu
paruh obat tersebut.
Efek
samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala sama
seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tukak
lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa
100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis.
3. Ibuprofen
Ibuprofen
merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali dibanyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya efek anti-inflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan efek anti-inflamasinya
terlihat pada dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui
lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90%
ibuprofen terikat dalam protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan
lengkap.
Pemberian
bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi karena dapat
mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis
prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan
dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum wanita hamil
dan menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas dibeberapa negara
yaitu inggris dan amerika karena tidak menimbulkan efek samping serius pada
dosis analgesik dan relatif lama dikenal.
4.
Fenbufen
Berbeda
dengan AINS lainnya, fenbufen merupakan suatu pro-drug. Jadi fenbufen
bersifat inaktif dan metabolit aktifnya adalah asam 4-bifenil-asetat. Zat ini
memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari. Absorpsi
obat melalui lambung dan kadar puncak metabolit aktif dicapai dalam 7.5 jam.
Efek samping obat ini sama seperti AINS lainnya, pemakaian pada pasien tukak
lambung harus berhati-hati. Pada gangguan ginjal dosis harus dikurangi. Dosis
untuk reumatik sendi adalah 2 kali 300 mg sehari dan dosis pemeliharaan 1 kali
600 mg sebelum tidur.
5.
Indometasin
Merupakan
derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan
artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif tetapi karena
toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek
anti-inflamasi sebanding dengan aspirin, serta memiliki efek analgesik perifer
maupun sentral. In vitro indometasin menghambat enzim siklooksigenase,
seperti kolkisin.
Absorpsi
pada pemberian oral cukup baik 92-99%. Indometasin terikat pada protein plasma
dan metabolisme terjadi di hati. Di ekskresi melalui urin dan empedu, waktu
paruh 2- 4 jam. Efek samping pada dosis terapi yaitu pada saluran cerna berupa
nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan pankreatis. Sakit kepala hebat
dialami oleh kira-kira 20-25% pasien dan disertai pusing. Hiperkalemia dapat
terjadi akibat penghambatan yang kuat terhadap biosintesis prostaglandin di
ginjal.
Karena
toksisitasnya tidak dianjurka pada anak, wanita hamil, gangguan psikiatrik dan
pada gangguan lambung. Penggunaanya hanya bila AINS lain kurang berhasil. Dosis
lazim indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari, untuk mengurangi reumatik di
malam hari 50-100 mg sebelum tidur.
6.
Piroksikam dan Meloksikam
Piroksikam
merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam
enolat. Waktu paruh dalam plasma 45 jam sehingga diberikan sekali sehari.
Absorpsi berlangsung cepat di lambung, terikat 99% pada protein plasma.
Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11-46% dan 4-12%.
Efek samping adalah gangguan saluran cerna, dan efek lainnya adalah pusing,
tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan pada
wanita hamil, pasien tukak lambung dan yang sedang minum antikoagulan. Dosis
10-20 mg sehari.
Meloksikam cenderung menghambat KOKS-2 dari pada KOKS-1. Efek samping
meloksikam terhadap saluran cerna kurang dari piroksikam.
7.
Salisilat
Asam
asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan. Struktur
kimia golongan salisilat.
Asam
salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar.
Derivatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dengan
substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal. Untuk memperoleh efek
anti-inflamasi yang baik dalam kadar plasma perlu dipertahankan antara 250-300
mg/ml. Pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam
bentuk utuh di lambung. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah
pemberian. Setelah diabsorpsi salisilat segera menyebar ke jaringan tubuh dan
cairan transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinoval. Efek samping yang
paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik, efek
samping lain adalah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesa
tromboksan.
8.
Diflunsial
Obat ini
merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, bersifat analgetik dan
anti inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Kadar puncak yang
dicapai 2-3 jam. 99% diflunsial terikat albumin plasma dan waktu paruh berkisar
8-12 jam. Indikasi untuk nyeri sedang sampai ringan dengan dosis awal 250-500
mg tipa 8-12 jam. Untuk osteoartritis dosis awal 2 kali 250-500 mg
sehari. Efek samping lebih ringan dari asetosal.
9.
Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
Fenilbitazon
dan oksifenbutazon merupakan derivat pirazolon. Dengan adanya AINS yang lebih
aman, fenilbutazon dan oksifenbutazon tidak lagi dianjurkan digunakan sebagai
anti-inflamasi kecuali obat lain tidak efektif.
Derivat
pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat dari pada kerja
analgetiknya jadi golongan ini hanya digunakan sebagai obat rematik.
Fenilbutazon dimasukan secara diam-diam dengan maksud untuk mengobati keadaan
lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri.
Efek samping derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia
aplastik, dan trombositopenia.
BAB
III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Saluran kemih
merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul, dan pengosongan urin. yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Saluran kemih terdiri dari dua
bagian, yaitu saluran kemih bagian atas yang berada di ginjal hingga ureter
proximal dan saluran kemih bagian bawah yang terdiri dari ureter distal,
kandung kemih dan uretra. Adapun golongan obat yang bekerja pada ginjal
dan saluran kemih adalah anti
septik saluran kemih : nitrofurantoin, metenamin, quinolon. Diuretik : tizaid, diuretik Loop, diuretik Hemat Kalium
Obat
antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk
membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat
serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.berikut termasuk ke
dalam golongan obat NSAID yaitu :
1) Asam mefenamat dan Meklofenamat
2) Diklofenak
3) Ibuprofen
4) Fenbufen
5) Indometasin
6) Piroksikam dan Meloksikam
7) Salisilat
8) Diflunsial
9) Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
DAFTAR
PUSTAKA
Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4 (cetakan ulang 2002),
bagian Farmakologi FKUI: Gaya Baru, Jakarta
Journal of physiology and pharmacology 2006, 57, supp
5, 113.124. Inhibitors Of Cyclooxygenase: Mechanisms, Selectivity and Uses
Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10th
Edition. San Fransisco
Tessy A,
Ardaya, Suwanto. 2001.Infeksi Saluran Kemih. In: Suyono HS. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam 3rd edition.Jakarta: FKUI.
Kennedy
ES. Pregnancy,Urinary Tract infections. http://www.eMedicine.com. last updated 8 August 2007.
accesed 22 February 2008.
Jawetz E.
Sulfonamid dan trimetoprim. In: Katzung BG (Ed): Farmakologi dasar dan
klinik.Jakarta: EGC.2002.
Hanno PM
et al. Clinical manual of Urology 3rd edition. New york, Mcgraw-hill.2001.
Trevor AJ,
Katzung BG, Mastri SB. Katzung and Trevor’s Pharmacology Examination and
Board Review 7th Edition. Newyork, Mcgrtaw-hill.2005.
Katzung BG
(Ed). Lange Medical Book. Basic and Clinical Pharmacology 9thEdition,
Newyork, Mcgraw-hill.2001.
Carruthers
SG et al. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology 4th edition,
Newyork, Mcgraw-hill.2000.
Urinary
Tract Infection. http://www.wikipedia.com. last updated on February 10
2008. accesed on September 10 2008.
Fihn SD.
Acute Uncomplicated Urinary Tract Infection in Women. N Engl J Med 2003;
349: 259-26
Winotopradjoko
M et al.2005.Antifektikum kombinasi in: ISO Indonesia Informasi Spesialite
Obat Indonesia Vol.40Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
http://pharmaciststreet.blogspot.co.id/2013/01/obstetrik-ginekologi-dan-saluran-kemih.html#
(diakses 09 September 2015)