Minggu, 12 Maret 2017

ASUAHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS



BAB I
PENDAHULUAN

                      A.    Latar Belakang
Infeksi traktus urinarius (UTI) disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistisis), tepi uretra ( uretritis), prostat (prostatitis), dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1428)
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalu uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah, kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1436-1437)
Kehamilan dan gangguan neurologi juga meningkatkan UTI karena kondisi ini menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan stasis urin. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1428)
Infeksi ginjal adalah komplikasi medis paling serius pada kehamilan, terjadi pada sekitar 2% wanita dan merupakan penyebab utama syok septic. Insiden populasi bervariasi dan bergantung pada prevalensi bakteriuria asimtomatik dan apakah keadaan tersebut diobati. Pada sebagian besar wanita infeksi disebabkan oleh bakteri yang naik dari saluran kemih bawah dipermudah oleh statis urin akibat adaptasi kehamilan. (Kenneth J. Leveno, 2009. Obstetri Williams)
Kejadiannya sekitar 1-2½ % dari ibu hamil, dengan kemungkinan kambuh sekitar 10-18%. Bakteri penyebabnya sama dengan bakteriuria asimptomatis, urethritis akut oleh karena sebagian besar bersifat infeksi asenden. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri hal. 636)
Kejadian pielonefritis akut berulang dapat mengarah  pada pielonefritis kronik (nefritis interstisial kronis). Bukti menunjukkan bahwa pielonefritis kronis jarang menyebabkan gagal ginjal kronik, komplikasi pielonefritis kronik mencakup gagal ginjal tahap akhir (akibat penurunan fungsi nefron sekunder akibat inflamasi dan pembentukan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronis dengan organism pemisah urea, mengakibatkan pembentukan paru). (Baughman, 2001. Keperawatan Medikal Bedah: Buku saku untuk Bunner and suddarth ) 
B. Tujuan Penulisan 

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah sistem perkemihan dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis dalam memahami asuhan keperawatan klien dengan pielonefritis 
            C. Manfaat
1.      Dapat memahami konsep pielonefritis yang menyerang organ ginjal
2.      Dapat memahami patofisiologi gambaran penyakit pielonefritis secara menyeluruh
3.      Dapat memahami asuhan keperawatan pada klen dengan pielonefritis

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Anatomi dan fisiologi
Ginjal adalah sepassang organ retroperitoneal yang integral dengan hemostasis tubuh dalam  mempertahankan keseimbangan,termasuk keseimbangan fisika dan kimia.  Ginjal menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah,serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan menyesuaikan ekskresi airdan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh ,asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan  komposisi cairanyang normal.
Ginjal  terletak dibelakang  peritoneum perital  (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat di kedua sisi  aorta abdominal dan venaa kava inferior. Hepar menekan ginjal kanan kebawah  sehingga ginjalkanan lebih rendah dari pada ginjal kiri. Setiap ginjal ddikelilingi dengan lemak perinefritik yang dapat melindungi ginjal dari trauma. Di bagian atas setiap ginjal  terdapat kalenjer adrenal. Renal fasia dan organ sekitar membantu mempertahankanginjal di tempatnya.pada bagian medial setiap ginjal, terdapat cekungan yang di sebut  hilum. Arteri  renal dan saraf memasuki ginjal melalui hilum, sedangkan vena renal ,saluran limfa,dan ureter keluar dari ginjal juga melalui hilum. Jika ginjal membelah membujur, akan tanpak korteks dan medula. Sebagian besr nefron (unit fungsional  ginjal)  terdapatpada korteks. Bagian tengah ginjal adalah renal medula yang terdiri atas 8-10 piramid.
Sebelum basuk ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis  gginjal. Kemudian,  pelvis ginjal bercabang  danmembentuk 2-3kaliks mayor. Setiapkaliks mayor bercabang menjadi beberapa kaliks minor.  Kaliks minor inilah yang mmengumpulkan urine yang kkeluar dari tubulus koligentes.
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Setiap  ginjal berisisi sekitar satuu juta nefron. Terdapat dua nefron , yaitu kortikal dan  juksta medular.delapan puluh limaa persen dari semua nefron terdiri atasnefron kortikal, sedangkan 15% terdiri atas juksta medular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai dengan letak glumerulinya dalam renal  parenkim. Nefron kortikal berperan dalam konsentrasi dan dilusi urine.struktur  nefron yang berkaitan dengan proses pembentukan urine adalah korpus,tubulus  renal, dan tubulus koligentes.korpus ginjal terdiri ata  glomerulus dan kapsul bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah.tubulus renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tuubulus kontortus distal. Ketiga tubulus  renal  ini berfungsi dalam reabsorpsi dan  sekresi dengan mengubah volume dan komposisi ultrafiltrat shingga terbentuk produk akhir,yaitu urine.
 
 
Gambar 1.1

Ginjal berubah organ yang sangat vaskular (kaya pembulu  darah) dan mampu menerima  20% curah jantung dalam keadaan istirahat .ginjal mendapat suplai darah arteri dari ortaabdominal.  Arteri  renalis bercabang kemudian membentuk arteri lobaris  yang memberi suplai darah pada setiap piramid. Arteri  lobaris ini kembali bercabang agar darah dapat bergerak dengan efisien melalui setiap nefron. darah masuk kedalam glumerulus melalui arteriol aferen dan keluar melalui  arteri  eferen. Kemudian, darah mengalir melalui kapiler peritubular yang mengelilingi  tubula nefron. Akhirnya,  darah dalam kapiler peritubular masuk ke dalam venula dan darah di kembalikan   kedalam sisitem sirkulasi sistem vena ginjal.
Kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis  ginjal dan membawa urine ke dalam kandung kemih, khususnya ke area yang trigon.trigon adalah  area segitiga atas lapisanmembran mukusyang dapat berfungsi sebagia katub untuk menghindari refluks urine ke  dalam ureter ketika kandung kemih berkontraksi.   
·         Fungsi ginjal
1.      Mengatur volume dan osmolalitascairan tubuh.
2.      Mengatur keseimbangan  elektrolit.
3.      Mengatur keseimbangan asam basa.
4.      Mengeskresi sisa metabolik,toksin,dan zat  asing.
5.      Memproduksi dan menyekresi hormon. (Mary baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal, hal 1-5)

B.    Definisi Pielonefritis
Polionefritis merupakan infeksi bakteri piala, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik (refluks) kedalam ureter, pielonefritis bisa terjadi secara akut maupun kronis. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1436-1437) 
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis ginjal. Infeksi ini bermula dari saluran kemih bawah, kemudian naik sampai ginjal. (Mary baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal)

 
Gambar 1.2

Inflamasi pelvis ginjal, disebut plelonefritis. Penyebabnya radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang bersal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal . plelonefritis Ada yang akut dan yang menahun. (Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk keperawatan)
C.    Etiologi
1.      Bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella Pneumoniac, Streptococcus Fecalis)
2.      Obstruksi traktus urinarius
3.      Refluks uretero vesikal
4.      Kehamilan
5.      Penurunan imunitas tubuh (Mary Baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal))

 
Gambar 1.3
D.    Klasifikasi
1.      Pielonefritis akut
Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. 
2.      Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut  dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
Kambuhnya pielonefritis akut mengarah pada pielonefritis kronik. Meskipun demikian, bukti menunjukkan bahwa pielonefritis kronik jarang sebagai akibat dari gagal ginjal kronik. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1437)
Pyelonefritis kronis  juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis.

E.    Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Beberapa temuan khas pada pielonefritis kronik adalah bakteriuria intermiten  dan leukosit, adanya silinder leukosit dalam urin. Pielonefritis kronik terutama merupakan penyakit interstisial medulla sehingga kemampuan ginjal untuk memekatkan urin sudah mengalami kemunduran, pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang bermakna. Akibatnya, poliuria, nokturia dan urin berberat jenis rendah merupakan gejala dini yang menonjol.  pielonefritis kronik lanjut sering memperlihatkan gejala azotemia meskipun dapat berkembang menjadi gagal ginjal biasanya bersifat progresif. (Sylvia Anderson Price, 2006 patovisiologi Vol. 2 Hal 923) 
Pada masa kehamilan progesterone menyebabkan hambatan pada gerakan peristaltic ureter, tekanan uterus yang makin membesar menyebabakan terjadinya hidroureter sehingga alian urin menuju kandung kemih menjadi terhambat. Karena sekum sering penuh, uterus akan berputar ke kanan dan meneybabkan tekanan terhadap ureter kanan lebih besar dari kiri sehiingga, pielonefritis ginjal kanan lebih sering dijumpai. Oleh karena itu, pielonefritis umunya terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri hal. 636)

F.    Pathway
 - Terlampir
G.    Manifestasi Klinis
·         Pielonefritis akut
1.      Demam timbul mendadak
2.      Menggigil
3.      Disuria
4.      Malaise
5.      Nyeri punggung
6.      Nyeri tekan daerah kostovertebral
7.      Leukositosis
8.      Piuri
9.      Bakteriuria. (Mary baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal)
·         Pielonefritis kronis
1.      Biasanya tidak menunjukkan gejala infeksi kecuali terjadi eksaserbasi akut.
2.      Keletihan , sakit kepala , dan nafsu mkaan meurun .
3.      Poliuri , haus berlebihan , penurunan berat badan
4.      Infeksi menetap dan kambuhan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada ginjal secara prgresif. (Baughman, 2001. Keperawatan Medikal Bedah: Buku saku untuk Bunner and suddarth)
H. Komplikasi
1.      Penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringn parut)
2.      Hipertensi
3.  Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai oganisme pengurai-urea, yang mengakibtkan terbentuknya batu). (Bunner and suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Hal. 1437)
I.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Urinalisis
a.       Leukosuria:
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
b.      Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
2.      Bakteriologis
a.       Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi
b.      Biakan Bakteri
Untuk menegakkan diagnosis pasti ISK dipakai pemeriksaan biakan kemih. Diagnosis ISK ditegakan apabila didapatkan bakteriuria bermakna dalam biakan kemih. Dikatakan bakteri uria bermakna apabila dalam biakan kemih terdapat > 105 CFU/ml
3.      Kultur urin
Kultur urin merupakan baku emas penegakan diagnosis ISK secara kuantitatif dan dapat mengidentifikasi bakteri pathogen yang spesifik. Cara melakukan pemeriksaannya, urin dikumpulkan di dalam tub yang steril dan segera dilakukan kultur setelah pengambilan. Urin dapat disimpan selama 24 jam di dalam  tempat pendinginan.
4.      Intravena pielografi (IVP)
Pemeriksaan IVP memperlihatkan pembengkakan tabuh (Clubbing) pada kaliks, korteks menipis dan ginjal mengecil, bentuknya tidak teratur dan tidak simetris. permukaan ginjal tampak bergranula kasar dengan lekukan berbentuk U.( Sylvia A. Price, 2006. Patofisiologi Vol. 2 hal 294
 J. Penatalaksanaan
·         Pielonefritis akut
Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada indentifikasi patogen melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin, nitrofurantoin atau kombinasi sulfametaxazole dan trimethoprim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang terganggu akan mempengaruhi ekskresi agen antimicrobial dan kebutuhan pemantauan fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik bagi ginjal. (Bunner and suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Hal. 1437)
·         Pielonefritis akut tanpa komplikasi
Pada kasus pielonefritis akut ringan dan sedang tanpa komplikasi pemberian terapi secara oral dapat diberikan selama 10-14. pemberian fluoroquinolen selama 7-10 hari dapat direkomendasikan sebagai terapi ini pertama pada resistensi E.coli < 10%. Jika fluoroquinolen diberikan sengan dosis tinggi terapi tanpa dilakukan dalam lima hari.1
Peningkatan angka resistensi fluoroquinolen terhadap Exherecia coli pada masyarakat telah terjadi dibeberapa bagian dunia, sehingga penggunaan fluoroquinolen secara empiris dibatasi. pada komunitas yang sudah memiliki resistensi yang tinggi terhadap fluoroquinolen dan karbapenem sampai hasil uji resistensi menunjukkan bahwa terapi oral dapat digunakan.1
Sefalospirin generasi ketiga seperti sefpodoksim proksetil atau seftibuten, dapat digunakan sebagai alternatif. Namun berdasarkan hasil studi klinik, obat ini hanya sebatas mengurangi gejala manifestasi klinik tidak untuk membunuh bakteri.1
Pada wilayah dengan resistensi terhadap Exherecia coli yang cukup tinggi, kotrimoksazoal merupakan pilihan tepat untuk terapi empiric. Jika penyebab pielonefritis adalah Gram positif maka pengobatan yang disarankan adalah ko-amoksiklav. Pasien pielonefritis berat tidak dapat diberikan antibiotic secara oral karena menifestasi klinis yang berupa mual dan muntah maka dapat diberikan antibiotic secara parenteral, Namun jika keadaan klinis pasien membaik dapat dilanjutkan menggunakan antibiotic oral.1
Tabel pilihan anti biotik oral untuk ISK ringan-sedang 1.1
Terapi oral untuk kasus sedang dan berat
antibiotik
dosis harian
lama pemberian terapi
Siprofloksasin
500-750 mg bid
7-10 hari
Levofloksasin
250-500 mg qd
7-10 hari
Levofloksasin
750 mg qd
5 hari
Alternative


Sefpodoksim proksetil
200 mg qd
10 hari
Seftibuten
400 mgqd
10 hari
Trimettoprim sulfametosazol
160/800 mg qd
14 hari
Ko-amoksiklav
0.5/0.125 g tid
14 hari

Tabel pilihan anti biotik parenteral 1.2
Tabel 1.2. pilihan antibiotik parenteral
Terapi parenteral untuk kasus berat
 antiotik                                                     dosis harian
Siprofloksasin
400 mg bid
Levofloksasin
250-500 mg qd
Levofloksasin
750 mg qd
Alternative

Sefotaksim
2 g tid
Seftriakson
1-2 g qd
Seftazidin
1-2 g tid
sefepim
1-2 g qd
Ko-amoksiklav
1.5 g qd
Piperasiin/tazobaktam
2.4-4.5 g tid
Gentamisin
5 mg/kg qd
Amikasin
15 mg/kg qd
Ertapenem
1 g dq
Imipenem/silastatin
0.5/0.5 g tid
Merospesnem
I g td
Doripenem
0.5 g tid
 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS
·         Ilustrasi Kasus
Pasien Tn R laki-laki berusia 32 tahun datang dengan keluhan nyeri ketika berkemih. Nyeri ketika berkemih dirasakan kira-kira 3 hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Keluhan nyeri ketika berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi berkemih, perasaan panas ketika diakhir berkemih, nyeri pada daerah suprapubik kiri dan punggung bawah, serta pasien mengeluhkan demam, dan nafsu makan menurun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan S 37.80 C, TD 110/70 mmHg, RR 22 x/menit, N 76 x/menit. Pada pemeriksaan thoraks dalam batas normal, pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan di daerah suprapubik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukosuria dan hematuria.
       Identitas diri
Nama                            :  Tn H
Umur                            : 32 Tahun
Jenis Kelamin               : Laki-laki
Alamat                          : Jaten, Karanganyar
Status                            : Menikah
Agama                          : Islam
Suku                             : Jawa
Pendidikan                   : SMA
Pekerjaan                      : Petani
Tanggal MRS               : 18 Mei 2013
Tanggal Pengkajian      : 19 Mei 2013
No Register                   : 22.52.xx.
Sumber Informasi         : Pasien dan Keluarga
Diagnosa Medis            : ISK atas (Pielonefritis)

       Riwayat Penyakit
       Keluhan Utama
       Nyeri ketika berkemih
       Provocate : terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK)
       quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk.
       region : nyeri pada daerah suprapubik kiri dan punggung bawah
       severe : skala nyeri 5 (0-10).
       time : nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar dari punggung bawah ke daerah suprapubik kiri
                Riwayat Penyakit Sekarang
Tn R datang ke IGD RSUD Karanganyar diantarkan oleh keluarga dengan keluhan nyeri ketika berkemih. Nyeri ketika berkemih dirasakankira-kira 3 hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Keluhan nyeri ketika berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi berkemih, perasaan panas ketika diakhir berkemih, nyeri pada daerah suprapubik kiri dan punggung bawah, pasien juga mengeluhkan demam., dan nafsu makan pasien menurun. Sebelum muncul keluhan nyeri ketika berkemih, pasien masih beraktivitas seperti biasa dan tidak merasakan keluhan apapun. Pada pagi hari setelah pasien beraktivitas, pasien merasa nyeri ketika hendak berkemih, tetapi pasien tidak memeriksakan diri ke dokter dan tidak meminum obat. Hari kedua, pasien merasa tidak enak badan, demam, dan berkemih semakin sering dan sedikit-sedikit. Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter dan beristirahat di rumah. Hari ketiga, pasien merasa nyeri dan panas ketika berkemih semakin memberat, frekuensi berkemih semakin sering serta demam, pasien kemudian memeriksakan diri ke IGD RSUD Karanganyar pada 18 mei 2013 dan dirawat di bangsal melati.
                Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, pasien menyangkal adanya riwayat asma dan belum pernah masuk rumah sakit.
                Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada angota keluarga yang memilki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit ginjal, hipertensi, jantung, asma, atau diabetes melitus.
         Riwayat Alergi
Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.


       Pola Fungsi Kesehatan
                Persepsi Terhadap Kesehatan
       Sebelum sakit       : Pasien menganggap penyakitnya seperti penyakit ringan                                  lainnya yang bisa sembuh sendiri
       Saat sakit              : Pasien berharap penyakitnya cepat sembuh dengan                                   pertolongan medis.
         Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri
Skor ;
0 = mandiri                                       3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
1 = dibantu sebagian                         4 = ketergantungan / tidak mampu
2 = perlu bantuan Orang lain
No
Aktivitas
SKOR
0
1
2
3
4
Ket
1
Mandi





2
Berpakaian/ berdandan





3
Eliminasi





4
Mobilisasi di tempat tidur





5
Pindah





6
Ambulasi






         Pola Istirahat
Permasalahan
Sebelum sakit
Setelah sakit
Jumlah istirahat
8 jam/hari
8 jam
Jam
21.00 – 04.00 WIB
21 - 04.00 WIB
Gangguan tidur
Tidak ada gangguan tidur
Tidak ada gangguan tidur



         Pola Nutrisi Metabolik
Permasalahan
Sebelum sakit
Setelah sakit
Makan
3 x /hari dengan menu : nasi, lauk, sambal, sayur
3 x /hari dengan menu : bubur, telur, sayur, tidak pernah dihabiskan
Porsi makan
Sepiring penuh
1/2 piring
Porsi minum
± 1600 cc /hari air putih dan kopi
± 800 cc /hari air putih

       Pola Eliminasi
Permasalahan
Sebelum sakit
Setelah sakit
BAB
-
-
Konsistensi BAB
-
-
BAK
6-7x/hari
7-9x/hari
Banyak BAK
500-1000 ml
± 1500 ml
Konsistensi BAK
Urin berwarna kekuningan dan keruh
Urin berwarna kekuningan dan keruh

       Pola Kognitif, Perseptual
       Sebelum Sakit      : Pasien masih bisa melihat dan mendengar dengan baik.
       Saat Sakit             : Pasien masih bisa melihat dan mendengar dengan baik.
       Pola Konsep Diri
       Sebelum Sakit      : Pasien selalu berfikir positif terhadap penyakitnya.
       Saat Sakit             : Pasien mencoba menerima keadaan yang dialaminya.
       Pola koping
       Sebelum Sakit      : Pasien selalu mendapatkan dukungan dan bimbingan dari                                 anggota keluarga.
       Saat Sakit             : Pasien lebih mendapat perhatian dari keluarganya.
       Pola Seksual/ Reproduksi
       Sebelum Sakit      : Pasien melakukan hubungan seksualnya dengan baik
       Saat sakit             : Pasien  jarang melakukan hubungan seksual


         Pola peran berhubungan
       Sebelum Sakit      : Hubungan antar teman dan lingkungan sekitar rumah                                      terjalin sangat baik.
       Saat Sakit             : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga bertambah                                  baik.
            Pola nilai dan Kepercayaan
       Sebelum Sakit      : Pasien selalu melakukan ibadah di rumah maupun dimusholla.
       Saat Sakit             : Pasien kesulitan melakukan ibadah sehari-hari meskipun                                  begitu pasien tetap selalu berzikir dan berdoa.

       Pemeriksaan fisik ( data Objektif )
     Keadaan umum
         KU                              : Pasien tampak meringis dan kesakitan memegangi                                          punggungnya
         Kesadaran                   : Compos Mentis
         GCS                            : 15 ( E4 V5 M6 )
         Tanda Vital
         Tekanan Darah     : 110 / 70 mm Hg       
         Suhu                     : 37,80 C
         Nadi                     : 76 X / Menit                         
         Respirasi Rate      : 22 X / Menit
         Berat Badan         : 55 kg
         Tinggi Badan        : 165 cm
·         Rambut dan Wajah
       Bentuk kepala      : (+) Normal    ( ) Abnormal
       Keadaan Rambut : (+) Bersih      (  ) Mudah Rontok      ( ) Bau    (  ) Berminyak
       Kulit Kepala         : (+) Bersih      (  ) Kotor    (  ) Ada luka/lesi   ( ) Pedikulosis
            Mata ( Sistem Pengliatan)
       Posisi Mata                       : (+) Simetris   (  ) Asimetris
       Kelopak mata                   : (+) Normal    (  ) Ptosis  (  ) Lagopthalmus
       Pergerakan bola mata       : (+) Normal    (  ) Abnormal
       Konjungtiva                     : (+) Ananemis            ( ) Anemis ( )   Perdarahan
       Kornea                             : (+) Normal ( ) keruh berkabut  ( ) terdapat pendarahan
       Sklera                               : ( ) Ikterik       (+) Anikterik
       Pupil                                 : (+ ) Isokor     ( ) Anisokor
       Otot- otot mata                : (+) Tidak ada kelainan          ( ) Juling
       Fungsi pengliatan             : (+) Normal ( ) Kabur ( ) Diplopia ( )Exopthalmus
       Tanda –tanda Radang      : Tidak Terjadi
       Pemakaian kaca mata       : Tidak Terjadi
       Pemakaian lensa kontak   : Tidak Terjadi
       Reaksi terhadap Cahaya  : Tidak Terjadi
       Visus                                  OD : -           OS  : -
            Hidung
       Septum Hidung                            : (+) Di tengah             (  ) Tidak ditengah
       Sekret Hidung                              : (  ) Ya                        (+) Tidak
       Bila terdapat sekret                      : (+) Jernih                   (  ) Purulen
       Perdarahan hidung                       : (  ) Ya                        (+) Tidak
       Polip hidung                                 : (  ) Ya                        (+) Tidak
       Perdangan mukosa hidung           : (  ) Ya                       (+) Tidak
       Mulut
       Rongga Mulut
       Bau Mulut                               : ( ) Ya                         (+) Tidak
       Radang mukosa ( Stomatitis)  : ( ) Ya                         (+) Tidak
       Labio/plato schisis                   : ( ) Ya                         (+) Tidak
           Gigi Geligi
       Karang Gigi                             : (  ) Ya                        ( +) Tidak
       Karies Gigi                              : (  ) Ya                        ( +) Tidak
       Bila “ya”, sebutkan                 ..................                  ...................
       Jumlah dan nama gigi
       Gigi palsu                                : ( ) Ya                         (+) Tidak
       Ginggivitis                               : ( ) Ya                         (+) Tidak
       Lidah
       Keadaan lidah                         : (+) Bersih                  (  ) Kotor
       Tepi lidah                                : (+) Merah Muda        (  ) Hiperemik
       Tonsil
       Peradangan Pada Tonsil          : ( ) Ya                         (+) Tidak
       Ukuran tonsil                          
      T0 : bila sudah dioperasi
      T1 : ukuran yang normal ada
      T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
      T3 : pembesaran mencapai garis tengah
      T4 : pembesaran melewati garis tengah
       Faring
       Peradangan faring                   ( ) Ya                           (+) Tidak
       Telinga ( Sistem pendengaran)
       Daun telinga         : (+) Tidak sakit saat digerakkan         (  )  sakit saat digerakkan
       Kondisi telinga     : (+) Normal    (  ) Kemerahan  (  ) Bengkak   ( ) Terdapat Luka
       Karakteristik Serum                     : Warna : -       Konsistensi : -          Bau : -
       Cairan dari Telinga                       : (+) Tidak ada               (  ) Darah    (   ) Pus
       Rasa Penuh Dalam Telinga          : (  ) Ya                        (+) Tidak
       Tinitus                                          : (  ) Ya                        (+) Tidak
       Fungsi Pendengaran                     : (+) Normal      (  ) Kurang     (  ) Tuli
       Pemakaian Alat Bantu                 : (  ) Ya                        (+) Tidak
       Fungsi Keseimbangan                  : ( ) Ada gangguan      (+) Tidak ada gangguan
       Hasil                                             : Tes Rinne      : Normal
                                                            Tes Weber     : Normal                     
                                                            Tes Swabach : Normal
·  Sistem Pernafasan
·         Jalan nafas                        : ( ) ada sumbatan                    (+) Bersih
·         Karakteristik                : ( ) Sputum
·         Sumbatan                    : ( ) Lendir       ( ) Ludah         ( ) Darah
·         Pernafasan                        : ( )  Sesak       ( ) Dengan aktifitas     ( ) Tanpa aktifitas
·         Penggunaan otot bantu pernafasan     : ( )Ya              (+) Tidak
·         Frekuensi                                             : 22 x/menit
·         Irama pernafasan                                 : (+) Teratur                 ( ) Tidak teratur
·         Kedalaman                                          : ( ) Dalam                   ( ) Dangkal
·         Batuk               : ( ) Ya             (+) Tidak         ( ) Produktif    ( ) Tidak Produktif
·         Sputum            : ( ) Putih         ( ) Kuning        ( ) Hijau
·         Konsistensi:     : ( ) Kental       ( ) Encer
·         Suara nafas      : (+) Normal    ( ) Ronchi        ( ) Wheezing    ( ) Rales
·           Sistem Kardiovaskuler
·           Sirkulasi Perifer
·               Nadi                                    : 76 x/menit
·               Irama                                   : (+) Teratur                 ( ) Tidak teratur
·               Denyut                    : ( ) Lemah                   (+) Kuat
·               Tekanan darah                    : 100/70 mmHg
·               Distensi vena Jugularis:      Kanan  : ( ) Ya             (+) Tidak
Kiri      : ( ) Ya             (+) Tidak
·         Temperatur kulit          : (+ ) Hangat                ( ) Dingin
·         Warna Kulit                 : (+ ) Kemerahan         ( ) Pucat           ( ) Sianosis
·         Pengisian kapiler         : 2 detik
·         Edema                                     : ( ) Ya             (+ ) Tidak
·         Bila edema           : ( ) tungkai      ( ) Wajah         ( ) Anasarka
·         Sirkulasi Jantung
·         Irama                                       : (+) Teratur                 ( )Tidak teratur
·         Kelainan bunyi Jantung           : ( ) Murmur                 ( ) Gallop
·         Nyeri Dada                              : ( ) Ya                         (+) Tidak
·         Bila nyeri dada timbul             : ( ) saat beraktifitas    ( ) tanpa aktifitas
·         Karakteristik                : ( ) seperti ditusuk-tusuk        ( ) Terbakar/terasa panas                                               ( ) tertimpa benda berat         ( ) Menjalar ke bahu dan                                                                                              lengan kiri
·         Sistem Pencernaan
·         Riwayat Muntah :
·         Isi                              : ( ) Makanan               ( ) Cairan        ( ) Darah
·         Warna                                    : ( ) Sesuai warna         ( ) Kehijauan   ( ) Hitam
·         Mual                          : ( ) Ya                         (+) Tidak
·         Nafsu makan             : ( ) Baik                      (+)  Kurang
·         Rasa penuh perut      : ( ) Ya             (+) Tidak
·         Nyeri pada perut       : (+) Ya            () Tidak
·         Bila nyeri,                  : (+) seperti ditusuk-tusuk       ( ) melilit          ( ) Cramp
-          Karakteristik nyeri   
                  ( ) panas seperti terbakar         ( ) menyebar    ( ) setempat
                  ( ) berpindah-pindah               ( ) kanan atas   ( ) kanan bawah
                  (+) kiri bawah                          ( ) epigastrium
·         Abdomen
Inspeksi                 : bentuk simetris
Perkusi                  : tidak ada distensi abdomen
Palpasi                   : tidak teraba hepar dan nyeri tekan daerah suprapubik kiri                             bawah
Auskultasi             : bising usus 25 x/menit
·         Hepar                                : ( ) Teraba                   (+) Tidak Teraba
·         Lien/Spleen                       : ( ) Teraba                   (+ ) Tidak Teraba
·         Kebiasaan BAB                : 1 x/hari
·         Diare                                 : ( ) Ya                         (+ ) Tidak
·         Bila Diare                             lamanya............        frekuensi..........x/hari
-          Warna feces                 : (+) Kuning    ( ) Coklat ( ) Hitam ( ) putih seperti                                       cucian beras               ( ) Dumpul
-          Konsistensi feces         : ( ) Setengah padat     ( ) Cair             ( ) Berdarah
  ( ) Terdapat Lendir    (+) Tidak ada kelainan
·         Sistem Urogenital
·         BAK
·         Pola rutin                   : (+) Terkontrol 7-9 x/hari       ( ) Tidak terkontrol
·         Jumlah Urien             : ± 1500 ml /24 jam
·         Warna                                    : (+) Kuning    ( ) Coklat         ( ) Merah         ( ) Putih
  (+) keruh       ( ) jernih
·         Distensi kandung kemih       : ( ) Retensi                  ( ) Tidak lampias
·         Keluhan sakit pinggang        : (+) Ya                        ( ) Tidak
·         Kondisi organ                  .................       ..................      .................
·         Genetal dan reproduksi
·         Sistem Integumen
·         Turgor Kulit                     : ( +) Elastis Baik        ( ) Buruk
·         Warna Kulit                     : (+ ) Kemerahan         ( ) Sianosis                   ( ) Pucat
·         Kondsisi Kulit                  : (+ ) Baik/utuh            ( ) Terdapat Ulkus       ( ) Ada lesi
                                                         ( ) Kuning                             (+) Coklat
                                                         ( ) Ada bercak merah           ( ) Petechie      ( ) Memar                                               ( ) Gatal-gatal                       ( ) Dekubitus
                                                         ( ) Retensi                             ( ) Tidak Lampias
Kelainan pada Kulit          ..............................      ............................
·         Sistem Muskuloskeletal
·         Tonus otot                        : (+) normal     ( ) Kelemahan (Flasiditas)   ( ) Spastisitas
·         Struktur tulang                 : (+ ) Normal   ( ) Abnormal
·         Kelainan columna vertebralis       : ( ) Scoliasis    ( ) Kifosis        ( ) Lordosis
·         Kesulitan gerak                            : ( ) Ya             (+) Tidak         ( ) Hanya satu sisi
·         Kemampuan melakukan ROM
-          Nyeri sendi                            : ( ) Ya             (+) Tidak
-          Nilai kekuatan otot               : 5555   
                Program Terapi
         Pada pasien ini telah diberikan terapi :
1.      Pemberian  intake cairan adekuat
2.      Infus RL 20 tpm
3.      Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam
4.      Paracetamol tablet 3x500 mg

                Hasil Pemeriksaan Penunjang
Meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan urinalisa.
       Hasil dari pemeriksaan laboratorium  tanggal 18 mei 2013 meliputi:
       Hemoglobin 14,0 g/dL, (nilai normal 13,5-18 g/dL)
       Eritrosit 4,06 jt/mm3 (nilai normal 3,0-6,0 sel/ul)
       Leukosit 10,5 x 10 3/mm3 (nilai normal 4.000-11.000)
       Trombosit 325 x10 3 g/dL (nilai normal 150.00-450.00 sel/ul)
       MCV 100.8 fl (nilai normal 80-96)
       MCHC 30.8 g/dl (nilai normal 32-36%)
       SGOT 43,03 U/L (nilai normal 37 U/L)
       SGPT 23,28 U/L(nilai normal 42 U/L)
        Hasil pemeriksaan urinalisa pada tanggal 18 mei 2013 meliputi:
        Urin berwarna kekuningan dan keruh
        Berat Jenis 1015 (nilai normal 1,015-1,030)
        pH (8)
        Leukosit (9-10/LPB)
        Eritrosit (35-45/LPB)
        epitel sel (+).


ANALISA DATA

Nama                 : Tn. R                                                 Ruang             : Melati
No. Reg             : 22.52.xx                                            Dx.Medis        : ISK
No
Diagnosa
Etiologi
Masalah
1




Ds:
P : Terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK)
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada daerah suprapubik kiri dan                 punggung bawah
S  :  Skala nyeri 5 (0-10),
T :  Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar         dari punggung bawah ke daerah suprapubik          kiri .
Do :                        
·     Pasien tampak meringis.
·     Kesakitan sambil memegangi punggungnya
Bakteri : E.coli, Klebsielle, Streptococus

Pada saluran kemih bawah (uretra)

Peradangan pada saluran kemih bawah

ISK bawah

Penyebaran bakteri memasuki saluran kmih atas hingga medula korteks

Infeksi tubulu dan penyebaran ke interstisiel

Peradangan pada parenkim ginjal (agen cidera biologis)
 


Nyeri akut

Nyeri Akut
(Domain 12, class 1, code 00132)
2
Ds :
Pasien  mengeluhkan demam
Do :
TTV :
S : 37,80 C

Bakteri : E.coli, Klebsielle, Streptococus

Pada saluran kemih bawah (uretra)

Peradangan pada saluran kemih bawah

ISK bawah

Penyebaran bakteri memasuki saluran kmih atas hingga medula korteks

Infeksi tubulu dan penyebaran ke interstisiel

Terjadi reaksi inflamasi (proses penyakit)

Pelepasan mediator kimia
 


Pengaktifan prostaglandin di hipotalamus

Peningaktan suhu tubuh

Hipertermia
Hipertermia ( Domain 11, kelas 6, code 000007)
3
Ds :
Tn R mengeluhkan nyeri ketika berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi berkemih, perasaan panas ketika diakhir  berkemih, nyeri pada daerah suprapubik kiri, punggung bawah,  dan berkemih semakin sering dan sedikit-sedikit
Do :
·         Frekuensi Urin    : 7-9 x/hari
·         Banyaknya Urin  : ± 1500 ml
·   Hasil dari pemeriksaan laboratorium  tanggal 18 mei 2013 meliputi :
·         Hasil pemeriksaan urinalisa
-          warna kekuningan dan keruh
-          Berat Jenis 1015 (nilai normal 1,015-1,030)
-          pH (8)
-          Leukosit (9-10/LPB)
-          Eritrosit (35-45/LPB)
-          epitel sel (+).
Bakteri : E.coli, Klebsielle, Streptococus

Pada saluran kemih bawah (uretra)

Peradangan pada saluran kemih bawah

ISK bawah

Penyebaran bakteri memasuki saluran kmih atas hingga medula korteks

Infeksi tubulu dan penyebaran ke interstisiel (infeksi saluran kemih atas)
 

Vasodilatasi pembuluh darah

Peningkatan aliran darah pembuluh darah renal

Peningkatan GFR

Penyerapan air dan elektrolit sedikit yang di serap

Cairan dalam lumen banyak

Peningkatan volume urin

Poliuri

Gangguan eliminasi urine
Gangguan eliminasi urin
(Domain 3, class 1, code 00020)


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama                 : Tn R                                                  Ruang              : Melati
No. Reg             : 22.52xxx                                           Dx.Medis        : ISK
No
Diagnosa
Tanggal muncul
Tanggal teratasi
1


2

3



Nyeri akut b.d agens cidera biologis

Hipertermi b.d proses penyakit

Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih 
190513

190513


190513















RENCANA KEPERAWATAN

Nama                 : Tn R                                                  Ruang              : Melati
No. Reg             : 22.52xxx                                           Dx.Medis        : ISK

No
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1
Nyeri akut b.d agen cidera biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 × 24 jam diharapkan skala NOC pada nyeri mencapai 5 Dengan kriteria hasil :
·         Kontrol nyeri
·         Tingkat kenyamanan
·         Tingkat nyeri

·         Managemen nyeri
1.      Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus.
2.      Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti, biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktivitas, akupressus aplikasi panas/dingin dan pijatan)
3.      Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesic.
4.      Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
·         Pemberian analgesic
1.      Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
2.      Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi obat analgesic yang direspkan
3.      Cek adanya riwayat alergi pasien
4.      Tentukan pilihan obat analgesic (narkotik , non narkotik atau NSAID ) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
5.      Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian dan dosis untuk mencapai hasil pengurangan nyeri yang optimal. 
·         Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian anlgesik
1.      Instruksi pasien dan keluraga untuk memonitor intensitas, kualitas dna durasi nyeri
2.      Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah dan frekuensi dosis obat dan respon terhadap pengobatan nyeri dalam catatan perkembangannya.
2
Hipertermi b.d proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24 jam diharapkan skala NOC pada hipertermia mencapai 5
Dengan kriteria hasil :
·      Termo regulasi
·      Tingkat ketidak nyamanan
·      Tanda-Tanda Vital

·         Perawatan demam
1.      Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
2.      Berikan obat anti piretik yang sesuai
3.      Dorong konsumsi cairan yang adekuat
·         Monitor TTV
1.      Monitor tekanan darah, nadi, suh , status pernafasan dengan tepat
2.      Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh secara terus menerus dengan tepat
3.      Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
·         Pengaturan suhu
1.      Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2.      Monitor suhu dan warna kulit
3.      Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipotermia dan hipertermia
4.      Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
5.      Berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan
3
Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih
Setelah Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 × 24 jam diharapkan skala NOC pada gangguan eliminasi urin mencapai 5. Dengan kriteria hasil :
·         Eliminasi urine

·         Managemen eliminasi urin
1.      Monitor elimasi urin termasuk frekuensi, konsitensi, bau, volume dan warna.
2.      Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala infekasi saluran kemih
3.      Catat waktu eliminasi urin terakhir.
4.      Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas per hari pada saat makan, diantara jam makan dan disore hari
5.      Batasi cairan sesuai kebutuhan
6.      Anjurkan pasien untuk memantau tanda-tanda dan gejala infeksi saluran kemih





BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis ginjal. Infeksi ini bermula dari saluran kemih bawah, kemudian naik sampai ginjal. Penyakit pielonefritis disebabkan bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella Pneumoniac, Streptococcus Fecalis), obstruksi traktus urinarius, refluks uretero vesikal, kehamilan, penurunan imunitas tubuh. Pielonefritis di klasifikasikan menjadi pielonefritis akut dan pielonefritis kronis, pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri sedangkan kambuhnya pielonefritis akut mengarah pada pielonefritis kroni. Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Beberapa tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh pasien dengan pielonefritis adalah demam timbul mendadak, menggigil, disuria, malaise, nyeri punggung, nyeri tekan daerah kostovertebral, leukositosis, piuri, bakteriuria. Beberapa penyakit yang dapat terjadi jika pielonefritis tidak ditangani dengan cepat yaitu penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringn parut), hipertensi, pembentukan batu ginjal. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa pielonefritis adalah periksaan urinalisis yang meliputi leukosuria, hematuria, bakteriologis yang meliputi pemeriksaan mikroskopis, biakan bakteri, kultur urin dan intravena pielogram (IVP). Beberpa pilihan antibiotik yang bisa diberikan pada pasien pielonefritis gentamisin, sefotaksim, siprofloksasim, levofloksasim, sulfa metazol, trimetrophin.
B.   Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman , Diane C. 2000. Keperawatan medical-bedah : buku saku untuk brunner dan suddarth penulis, Diare C. Baughman , JoAnn C. Hackley; alih bahasa, Yasmin Asih. Editor:  Monica Ester. Jakarta: EGC.
Baradero Mary. 2009. Klien gangguan ginjal / Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswandi : editor, Monica Ester, Esty Wahyuningsih. Jakrta : EGC.
Loveno, Kenneth J. 2009. Obsterti Williams : panduan ringkas / Kenneth J. Leveno... {et al}. alih bahasa, Brahm U. Pendit. editor edisi bahasa Indonesia , Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti – Ed 21. Jakarta : EGC.
Ida Bagus Gde Manuaba. 2007. Pengatur Kuliah Obstetri / penulis Ida Bagus Gde Manuaba, ida Ayu chandranita, ida Bagus Gde Fajar Manuaba. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit / Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit ... {et al}: editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto.... {et al} – Ed. 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth / editor Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung Waluyo .... {et al}; editor bahasa Indonesia, Monica ester .... {et al}. – Ed. 8. Jakarta: EGC






0 komentar:

Posting Komentar

 

NADIA CREATING :) Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template